Benarkah Covid-19 Bisa Pengaruhi Pendengaran dan Sebabkan Fertigo ?

Benarkah Covid-19 Bisa Pengaruhi Pendengaran dan Sebabkan Fertigo ?
Ilustrasi - internet

Iniriau.com,  JAKARTA - Menurut studi terbaru, kehilangan pendengaran dan masalah pendengaran lainnya mungkin sangat terkait dengan virus corona. Ilmuwan memperkirakan, sekitar 7,6 persen orang yang terinfeksi Covid-19 mengalami gangguan pendengaran, sedangkan 14,8 persen menderita tinnitus. Mereka juga menemukan prevalensi vertigo sebesar 7,2 persen.

Dilansir Sky News, Senin (22/3/2021), para peneliti dari The University of Manchester dan Manchester Biomedical Research Center mengumpulkan data dari 24 studi yang mengidentifikasi hubungan antara virus corona dan masalah pendengaran dan vestibular. Sistem vestibular mencakup bagian telinga bagian dalam dan otak yang memproses informasi terkait dengan pengendalian keseimbangan dan gerakan mata.

" Jika benar bahwa sekitar 7-15 persen pasien Covid-19 mengalami gejala ini, itu adalah sesuatu yang harus kita tangani dengan sangat serius," kata Profesor Kevin Munro, direktur Pusat Audiologi dan Tuli Manchester, kepada Sky News.

" Ada implikasi besar bagi layanan klinis. Artinya ada kemungkinan akan terjadi lonjakan jumlah pasien (ke layanan kesehatan)."

Virus yang menyebabkan campak, gondongan, dan meningitis juga diketahui dapat berdampak pada masalah pendengaran. Virus tersebut merusak sel sensorik di telinga bagian dalam. Tidak diketahui mengapa Covid-19 dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Namun para ahli percaya, banyak orang yang terinfeksi virus corona SARS-CoV-2 mengalaminya.

" Ada beberapa orang yang mengatakan gejala itu terus berlanjut. Ada juga yang mengatakan gejala sudah agak mereda. Jadi banyak yang tidak diketahui sekarang," kata Prof Munro. Paul Johnson (53) dirawat di rumah sakit pada bulan Desember dengan virus corona dan sejak itu menderita tinitus.

" Terdengar seperti ada peluit dengan nada yang sangat tinggi dan melengking di telinga," kata Johnson kepada Sky News. Johnson pertama kali menyadari suara itu dua minggu sebelum dia dirawat di rumah sakit. Dia mengatakan, suara itu menjadi lebih mengganggu sejak saat itu.

" Suara itu lebih mengganggu di malam hari, saat tidak ada suara di sekitar kita, tidak ada bunyi TV dan sebagainya maka suara siulan itu terus menerus muncul," katanya.

" Saya pikir, saat ini saya menganggapnya sebagai hal yang bisa ditangani. Saya tidak bisa mengatakan itu membuat saya tetap terjaga, tetapi saya berharap suara itu tidak terdengar lebih keras atau lebih jelas." Imbuhnya.

Para peneliti mendapatkan data tersebut dari kuesioner dan catatan medis yang dilaporkan sendiri untuk mendapatkan gejala terkait virus corona, daripada tes pendengaran yang lebih dapat diandalkan secara ilmiah. Mereka sekarang sedang melakukan studi klinis yang lebih rinci yang diharapkan dapat memperkirakan secara akurat jumlah dan tingkat keparahan gangguan pendengaran terkait Covid-19, terutama di Inggris.**

Sumber: Suara.com

Berita Lainnya

Index