Singapura Berencana untuk Hidup dengan Corona, Covid Ditangani Seperti Flu

Singapura Berencana untuk Hidup dengan Corona, Covid Ditangani Seperti Flu
Ilustrasi

Iniriau.com - Singapura, negara yang dikenal sebagai salah satu yang paling berhasil menangani pandemi Covid-19, mengumumkan akan segera mengubah tata cara mereka menangani pandemi ini.

Covid akan diperlakukan layaknya penyakit endemi seperti flu.

Singapura tidak akan berambisi mencapai angka nol penularan. Karantina juga akan dicabut bagi para turis dan mereka yang berkontak dengan pasien positif tidak perlu isolasi mandiri. Singapura juga tidak akan lagi mencatat angka kasus harian.

Namun warga diminta melakukan tes sebelum bepergian keluar rumah.

"Kabar buruknya adalah Covid-19 tidak akan hilang. Kabar baiknya adalah ada peluang kita hidup normal berdampingan dengan Covid," tulis Menteri Perdagangan SIngapura Gan Kim Yong, Menteri Keuangan Lawrence Wong, dan Menteri Kesehatan Ong ye Kung pada tajuk harian the Straits Times pekan ini, seperti dilansir New Zealand Herald, Sabtu (26/6).

"Itu artinya virus akan terus bermutasi dan tetap ada di tengah-tengah kita."

Seperti negara lain, Singapura mencapai angka puncak kasus tahun lalu dengan jumlah 600 kasus per hari pada pertengahan April. Setelah gelombang berikutnya pada Agustus, angka kasus Covid-19 tidak melonjak lagi.

Namun negara berpenduduk 5,7 juta jiwa itu mencatat angka stabil pada 20-30 kasus per hari. Singapura mencatat 53 total kematian sejauh ini.

Singapura juga menerapkan kontrol perbatasan yang ketat bagi sejumlah negara, termasuk tes saat kedatangan turis, karantina hotel, dan isolasi di rumah.

Namun itu semua akan dihapuskan menurut rencana dari Satgas Antar-kementerian Singapura.

"Setiap tahun, banyak orang kena flu. Mayoritas sembuh tanpa perlu dirawat di rumah sakit dan bahkan ada yang tanpa perlu obat. Namun sebagian kecil, terutama kaum lansia dan komorbid, bisa sakit cukup parah dan meninggal.

"Kita tidak bisa memberantasnya, tapi kita bisa mengubah situasi pandemi ini menjadi tidak terlalu mengancam, seperti influenza atau sakit cacar, dan kita bisa melanjutkan kehidupan," kata ketiga menteri Singapura itu.

Vaksinasi dulu baru kemudian pelonggaran

Kuncinya adalah vaksinasi. Paparan rencana Singapura itu tidak akan dimulai jika belum banyak warga divaksin.

Singapura menargetkan dua pertiga warganya menerima suntikan vaksin pertama dalam waktu satu pekan dan dua dosis vaksin pada awal Agustus.

Singapura pun mencatat ada warga yang masih terkena Covid-19 meski sudah mendapat dua dosis vaksin, tapi tak seorang pun dari mereka mengalami gejala serius.

Ketiga menteri Singapura menyatakan kondisi ini bisa terus terjadi dan suntikan tambahan mungkin diperlukan.

Testing juga akan dilakukan lebih mudah dan cepat. Tindakan tes mandiri seperti memakai breathalysers bisa menggantikan tes swab yang selama ini dianggap kurang nyaman.

Menteri Singapura menuturkan Covid-19 bisa "dijinakkan" meski tidak bisa diberantas.

Karena itulah Singapura memaparkan rencana "kenormalan baru".

"Pada waktunya nanti bandara, pelabuhan, perkantoran, mal, rumah sakit, dan lembaga pendidikan bisa memakai panduan ini untuk memeriksa para staf dan pengunjung."

Orang yang kena Covid akan sembuh di rumah karena gejalanya bakal ringan dan mereka yang kontak akan divaksin.

Karena nantinya kasus Covid tidak akan terlalu parah, keperluan penelusuran kontak dan karantina juga rendah.

Perubahan besarnya adalah tidak akan ada lagi lapran kasus harian.

"Alih-alih memantau kasus penularan Covid-19 setiap hari, kami akan fokus pada dampaknya: berapa banyak yang jatuh sakit, berapa yang butuh ruang ICU, berapa yang butuh oksigen, dan seterusnya.

"Beginilah kita memantau kasus influenza saat ini."

Ketiga menteri Singapura itu mengatakan beginilah cara negara itu akan keluar dari pandemi dan melanjutkan gelaran acara besar serta kunjungan internasional.

Menteri juga menekankan Singapura saat ini tidak berada dalam kondisi untuk menjalankan rencana pasca-Covid. Saat ini pembatasan-pembatasan masih berlaku.

Namun peta jalan untuk menuju kenormalan baru sudah dicanangkan.

"Sejarah memperlihatkan setiap pandemi akan berjalan dengan sendirinya."**

Sumber: Merdeka

Berita Lainnya

Index