Kanker Perut diakibatkan Sering Makan Mie Instan, Apa Benar ?

Kanker Perut diakibatkan Sering Makan Mie Instan, Apa Benar ?
ilustrasi

Iniriau.com - Baru-baru ini beredar kisah pemuda 18 tahun di Taiwan yang terbiasa makan mi instan tiap hari sejak SMA. Setelah lulus SMA dan mulai memasuki perkuliahan, ia didiagnosis menderita kanker perut. Celakanya, diperiksa di rumah sakit, ternyata kanker perutnya sudah mencapai stadium akhir.

Mendengar ceritanya jadi bikin waspada ya, apalagi mi instan adalah salah satu makanan yang mudah didapatkan. Lantas, apakah benar bikin kanker perut? Kita tanyakan langsung yuk ke Dr Seno Budi Santoso, SpB(K)BD, dokter bedah konsultan bedah digestif.

Menurutnya, secara teori makanan yang mengandung bahan bahan pengawet memang bisa menjadi salah satu penyebab kanker saluran cerna. Cuma, ada tapinya.

"Teorinya sebenarnya adalah makanan yang banyak mengandung bahan pengawetlah yang menjadi salah satu penyebab kanker saluran cerna. Tetapi sifatnya akumulasi, jadi konsumsi dalam jumlah banyak dan terus menerus," kata dokter yang akrab dengan sapaan dr Seno.

Mi instan memang salah satunya yang mengandung bahan pengawet. Lagipula, menurut dr Seno sebenarnya tujuan mi instan bukan untuk konsumsi tiap hari, melainkan untuk dikonsumsi dalam waktu mendesak seperti untuk perang, bencana, berpergian, atau sesekali saja lah.

"Jadi kalau konsumsi tidak berlebihan aman saja," tambahnya.

Tapi kan aku selalu nambahin sayuran ke dalam mangkuk mi instan, Dok? Harusnya aman dong?

"Wah kalau yang ini saya belum pernah baca jurnal ilmiahnya. Kalau sayur memang bagus, karena membuat BAB (buang air besar) lancar, sehingga zat-zat karsinogenik tidak lama berinteraksi di dalam usus. Sayuran juga mengandung antioksidan," ungkapnya.

Selain itu, dokter ahli radiologi onkologi dr Fielda Djuita, SpRad(K), OnkRad, turut memberikan tanggapannya. Menurutnya, kita jangan sampai membuat satu kesimpulan dari satu cerita tanpa adanya evidence base.

"Artinya harus diperiksa kira-kira 100 orang yang kanker saluran cerna, berapa yang makan mi instan. Baru dinilai korelasinya. Kalau tidak ini bisa disebut berita hoax. Jadi jangan ikut-ikutan membuat berita hoax," ungkapnya.

Nah, berarti sudah jelas kan? Bukan berarti tidak boleh sama sekali, tapi berapa banyak yang harus dikonsumsi yang mulai kamu perhatikan mulai sekarang. (irc/detik)

Berita Lainnya

Index