Iniriau.com - Obesitas masih menjadi penyakit yang populer di tengah masyarakat. Sebuah penelitian menunjukkan hampir 22 persen masyarakat dunia diprediksi mengalami obesitas pada 2045.
Dikatakan lagi bahwa satu dari delapan orang akan mengalami diabetes tipe-2. Riset dari New England Journal of Medicine memperkirakan, 10 persen dari populasi di dunia saat ini mengalami obesitas. Riset ini menunjukkan tingkat obesitas meningkat dua kali lipat di 73 negara.
Diet kemudian menjadi pilihan banyak orang untuk bisa mengatasi obesitas dan penyakit lainnya. Berbagai metode diet kemudian bermunculan. Namun, apakah diet sudah dilakukan dengan benar?
"Diet untuk mengembalikan berat badan menjadi normal, boleh saja, tetapi harus dilakukan dengan cara yang benar," ujar spesialis gizi, dr. Eva Kurniawati, M. Gizi, Sp. GK. dalam peluncuran Fat Loss Panel dari Prodia beberapa waktu lalu di Jakarta.
Menurut Eva, diet boleh saja asalkan dilakukan dengan benar. Dan jelas yang berkurang adalah lemak.
Saat ini banyak orang menginginkan penurunan berat badan dalam waktu yang cepat, proses yang instan, tanpa memperdulikan efek bagi kesehatannya.
"Padahal tubuh tetap memerlukan komposisi makanan yang sehat seimbang. Dalam sehari kita perlu asupan karbohidrat, protein, vitamin dari sayuran dan buah-buahan," kata dia.
Terdapat beberapa penyebab seseorang mengalami obesitas. Diantaranya adalah faktor genetik/ keturunan, gaya hidup tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang.
Seperti tinggi kalori karena pengolahan yang dominan digoreng, tinggi karbohidrat sederhana seperti gula dan tepung, tinggi kandungan garamnya, juga rendah serat, serta kurangnya aktivitas fisik.
"Hal yang bisa dilakukan adalah memiliki niat untuk berubah, memiliki pola hidup sehat, termasuk untuk pola makan dan pola aktivitas," kata dia.
Eva menjelaskan, ada tiga komponen dalam pola makan yang baik. Yaitu jadwal makan, pemilihan jenis makanan dan pengolahannya, serta jumlah yang akan di konsumsi.
Karena itu pemeriksaan kondisi kesehatan dan pengaturan pola makan serta olahraga perlu dilakukan di awal sebelum menjalani program penurunan berat badan.
"Karena setiap orang akan berbeda kebutuhan pola makan dan olahraga," ujar Eva.
Fat Loss Panel sendiri merupakan program yang terdiri dari beberapa pemeriksaan yang dapat melihat kondisi kesehatan para penyandang obesitas. Nantinya akan dilakukan program pemantauan dan konsultasi yang didampingi oleh dokter spesialis gizi dan spesialis kedokteran oleh raga dari Prodia Health Care.
"Setiap orang akan diatur masing-masing untuk pola makan dan pola olahraganya. Tidak hanya berat badan yang berkurang tetapi kita menjaga agar pasien tetap dalam kondisi prima," ujar Direktur Business & Marketing Prodia, Indriyanti Rafi Sukmawati. (*)