LONDON – Pemerintah Inggris bekerja cepat untuk mengungkap apa dan siapa di balik serangan teror di London Rabu di dekat Gedung Parlemen itu.
Perdana Menteri Theresa May mengatakan pria yang melakukan serangan di Jembatan Westminster dan kompleks Gedung Parlemen London adalah kelahiran Inggris dan pernah diselidiki aparat keamanan di masa lalu.
Penyelidikan oleh polisi dan dinas rahasia dalam negeri, MI5, tersebut dilakukan atas kecurigaan bahwa ia memiliki kaitan dengan aktivitas atau kelompok ekstrem.
Kepada para anggota parlemen hari Kamis, 24 Maret 2017, PM May mengatakan bahwa ia ’bukan figur penting’ dan ’dinas rahasia tidak memiliki informasi bahwa ia akan melakukan serangan’ hari Rabu (22/03/17).
"Ia bukan tokoh penting ... ia bukan bagian dari gambaran intelijen saat ini. Intelijen tak punya informasi perihal rencananya melancarkan serangan," kata PM May.
PM May menambahkan identitas pelaku akan diungkap begitu penyelidikan memungkinkan pengungkapan jati dirinya.
Delapan orang ditahan dan enam alamat di London dan Birmingham digerebek oleh aparat keamanan.
Wartawan BBC, Dominic Casciani, mengatakan frasa ’bukan bagian dari gambaran intelijen saat ini’ mengindikasikan bahwa saat ini pelaku tak masuk radar pengawasan aparat keamanan.
Pernyataan itu juga menggarisbawahi sulitnya aparat mendeteksi tipe serangan seperti yang terjadi pada Rabu siang.
"Setiap hari aparat keamanan harus menentukan, mana yang masuk prioritas mana yang akan ditinggalkan ... orang-orang yang menjadi ’sumber ancaman’ juga berubah. Mereka tumbuh, punya anak dan keluarga. MI5 diberi tugas untuk memfokuskan pada orang-orang yang benar-benar merencanakan serangan," kata Casciani.
Dalam insiden teror ini empat orang meninggal dunia termasuk pelaku, yang ditembak polisi setelah ia menikam anggota polisi hingga tewas di halaman Gedung Parlemen.
Sebelumnya ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan menabrak sejumlah orang di Jembatan Westminster, menewaskan dua orang dan melukai tak kurang dari 40 orang lainnya.
Dua yang meninggal adalah seorang pria berusia 50-an tahun dan Aysha Frade yang bekerja di satu lembaga pendidikan, yang kantornya beberapa ratus meter dari Jembatan Westminster.
Korban yang mengalami luka-luka berasal dari 11 negara yang berbeda.
Dari yang mengalami luka-luka, tujuh di antaranya dalam kondisi kritis.
Serangan di kompleks parlemen Inggris di Westminster, London, terjadi tepat satu tahun serangan di Brussels, Belgia, yang menewaskan 32 orang.
Serangan di London ini adalah yang terburuk sejak 2005 ketika serangan di sistem transportasi umum yang menewaskan 52 orang. (BBC/riaupos.co)
PM MAY: Ia Bukan Orang Penting
Pelaku Teror London Kelahiran Inggris
Redaksi
Selasa, 00 0000 - 00:00:00 WIB
PM Inggris Theresa May mengatakan pelaku serangan di Westminster dulu pernah diselidiki aparat keamanan.
Pilihan Redaksi
IndexPuncak Milad Muhammadiyah ke-113 dan UMAM ke-4 Dihadiri Raja Muda Perlis
PHR Catat Produksi Cemerlang di Sumur Pinang East-2 Capai 2.648 BOPD
TAF Turun Reses, Warga Sampaikan Masalah Banjir dan Program Rp 100 Juta per RW
Semangat Sumpah Pemuda, KNPI Ajak Pemuda Dukung Pembangunan Daerah
Tulis Komentar
IndexBerita Lainnya
Index Internasional
Puncak Milad Muhammadiyah ke-113 dan UMAM ke-4 Dihadiri Raja Muda Perlis
Kamis, 27 November 2025 - 13:11:51 Wib Internasional
Rayakan Milad ke-4, UMAM Adakan Seminar Internasional
Rabu, 26 November 2025 - 11:51:18 Wib Internasional
Harga Minyak Dunia Turun Pasca Konflik Iran-Israel
Selasa, 16 April 2024 - 13:10:35 Wib Internasional
