Trump Salahkan FBI Bocorkan Hubungan AS-Rusia

Trump Salahkan FBI Bocorkan Hubungan AS-Rusia
Presiden Donald Trump

WASHINGTON - Selain Michael Flynn, ada pejabat-pejabat lain dalam lingkaran dalam pemerintahan Presiden Donald Trump yang mesra dengan Rusia. Karena itu, meski penasihat keamanan nasional tersebut sudah mengundurkan diri, publik tetap mengulik kedekatan Washington dengan Moskow. Itulah yang membuat Trump, sang commander in chief, berang.

’’Segala omong kosong tentang hubungan (AS dengan, red) Rusia ini murni rekayasa untuk menutupi banyak kesalahan yang membuat Hillary Clinton kalah (dalam pilpres),’’ kata taipan 70 tahun tersebut dalam cuitannya pada Rabu waktu setempat (15/2/17) kemarin.

Parahnya, menurut Trump, justru orang-orang dalamlah yang membeberkan informasi rahasia tersebut. Orang-orang itu sengaja membocorkannya ke publik. ’’Skandal yang sesungguhnya adalah informasi-informasi rahasia itu sengaja dibocorkan intelijen bagaikan membagi-bagikan permen. Sangat tidak Amerika!’’ keluh Trump.

Mantan host The Apprentice itu lantas menyalahkan Biro Penyelidikan Federal (FBI) dan Badan Keamanan Nasional atas bocornya informasi-informasi rahasia tersebut. Dia menuding dua lembaga itu bertanggung jawab atas mencuatnya informasi skandal dengan Rusia.

Sejak terungkapnya skandal Flynn, publik mendesak pemerintah menyelidiki hubungan AS dengan Rusia di bawah kepemimpinan Trump. Itu pula yang menjadi tuntutan para politikus Partai Demokrat sejak akhir pekan lalu. Belakangan, Partai Republik mengungkapkan tuntutan yang sama. Mereka mendesak pemerintah menginvestigasi sejauh mana kedekatan Washington dengan Moskow sepeninggal Barack Obama.

Namun, Trump mengabaikan semua itu. Dalam jumpa pers bersama Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang sedang melawat Gedung Putih, pebisnis Manhattan tersebut tidak mau berkomentar tentang Rusia. Kepada wartawan, dia malah mengungkapkan bahwa Flynn terpaksa mundur dari jabatannya gara-gara media. Menurut Trump, mantan ajudannya itu menjadi korban ketidakadilan media. ’’Dia telah diperlakukan dengan sangat tidak adil oleh media. Khususnya media-media palsu seperti yang pernah saya katakan,’’ tegas suami Melania Knauss tersebut dalam jumpa pers.

Hubungan media dengan pemerintahan Trump memang tidak harmonis sejak hari pelantikan pemilik Trump Tower tersebut. Tepatnya pada 20 Januari lalu. Setiap kali mengadakan jumpa pers, Gedung Putih memprioritaskan media pro-Trump.

Senada dengan Trump, Kremlin mengimbau publik untuk tidak percaya begitu saja pada berita yang disebarluaskan media. Bahkan media-media besar sekalipun. ’’Jangan percaya surat kabar. Sangat sulit membedakan berita yang mereka sajikan itu palsu atau rekayasa,’’ ujar Dmitry Peskov, jubir Kremlin. Dia berpesan agar publik lebih berhati-hati dan tidak mendengarkan informasi anonim.

Hingga kemarin, Trump belum berhasil membentuk pemerintahan. Kabinet yang baru berisi lima orang dan posisi-posisi penting yang masih kosong membuat presiden nyentrik itu mulai kewalahan. Apalagi, satu per satu orang pilihannya hengkang. Setelah Flynn, giliran Andrew Puzder yang mengundurkan diri. Bos gerai resto cepat saji Carl’s Jr tersebut menarik diri dari posisi menteri ketenagakerjaan.

Pada Rabu lalu, Puzder mengumumkan keputusannya untuk meninggalkan posisi calon menteri. Pria 66 tahun itu mundur setelah menuai kecaman publik karena mempekerjakan imigran gelap sebagai pekerja rumah tangga. Bersamaan dengan itu, dia disorot gara-gara ocehan sang mantan istri dalam sebuah video lama tentang kekerasan dalam rumah tangga alias KDRT.

Sementara itu, Trump dan Netanyahu sama-sama mengikrarkan kembali komitmen satu sama lain untuk saling dukung dalam jumpa pers Rabu lalu. Bersama Trump, Netanyahu yakin AS dan Israel bisa meningkatkan kerja sama dan kekompakan sebagai sekutu. Sebagaimana yang telah dijanjikannya, Trump menegaskan bahwa AS tidak lagi menjadikan solusi dua negara sebagai patokan dialog damai Israel-Palestina.

’’Saya akan menerima solusi dua negara atau bahkan solusi satu negara sekalipun. Apa pun yang dipilih dan disepakati kedua pihak. Saya mendukung apa pun pilihan kedua pihak,’’ paparnya. Dia menyatakan bahwa AS bakal mendukung apa pun pilihan Israel. Dalam jumpa pers bersama itu, Trump memanggil Netanyahu dengan nama populernya, Bibi.





sumber: riaupos.co

Berita Lainnya

Index