Selamat Hari Sumpah Pemuda, Sukarno, Tengku Amir Hamzah, Peci

Selamat Hari Sumpah Pemuda, Sukarno, Tengku Amir Hamzah, Peci
Affan Bey Hutasuhut Wartawan Majalah TEMPO 1987-1994 (foto:net)

Oleh : Affan Bey Hutasuhut
Wartawan Majalah TEMPO 1987-1994

MENJELANG berlangsungnya acara Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 di Batavia, rapat dan pertemuan gencar dilakukan untuk mempersiapkan sejumlah rumusan pada acara yang bersejarah tersebut.

Para peserta yang aktif hadir untuk merumuskan Sumpah Pemuda ini adalah para tokoh politik pergerakan kemerdekaan seperti Sukarno, Mohammad Yamin,  tokoh pemuda dan lainnya,  

Dalam kesekian kalinya rapat tersebut, ada agenda yang membahas apa saja identitas nasional yang harus diputuskan. Untuk busana wanita ditetapkan pakaian kebaya, lelaki stelan jas.

Berikutnya pembahasan masuk pada identitas nasional untuk kopiah atau penutup kepala bagi pria. Menurut Prof. Dr. Ir. Djohar Arifin Husin, akademisi dan mantan Ketua PSSI, ditengah ramainya perdebatan kopiah mana yang paling tepat, tiba-tiba Sukarno menatap Tengku Amir Hamzah, seorang sosok pemuda yang menggunakan kopiah bernama peci.

Sukarno lalu mengatakan agar peci  yang dikenakan oleh “Raja Penyair” pujangga baru dan tokoh politik pergerakan kemerdekaan ini sebagai identitas nasional dalam acara resmi.

Peci ini ternyata cukup kuat melekat sebagai identitas warga Indonesia. Saat kita  melaksanakan ibadah haji atau umrah ke tanah suci Mekah, warga di sana seketika berseru “Sukarno, Sukarno”,  jika melihat ada jamaah dari Indonesia yang mengenakan peci.

Revolusi Sosial

Tragis, lelaki kelahiran Tanjung Pura pada 28 Februari 1911 ini harus meninggalkan dunia ini dalam usia 35 tahun pada 20 Maret 1946, dengan cara yang keji.

Kemanakan Sultan Langkat ini dipancung oleh algojo mandor iyang di Kuala Begumit Langkat saat aksi revolusi sosial yang ditunggangi PKI di Langkat dan kesultanan lainnya di Sumatera Timur pada Maret 1946.

Beberapa tahun kemudian, suami Tengku Kamaliah (Puteri Sultan Langkat) dipindahkan ke komplek makam di halaman Masjid Azizi Tanjung Pura.  

Berikutnya Allahyarham Tengku Amir Hamzah dianugerahi sebagai pahlawan nasional pada 10 November 1975. Pemberian gelar itu disaksikan oleh anak tunggalnya Tengku Tahura.

Menurut Ketua PKI Sumut waktu itu, aksi brutal PKI ini terinspirasi dari Revolusi Bolshevik pada Oktober 1917 yang membunuTsar dan keluarganya dan menjarah barang berharga dari istana.

Begitulah yang terjadi di  Kesultanan di Sumatera Timur. Dengan dalih bangsawan di ini sebagai antek Belanda. massa membantai sultan dan keluarganya serta menjarah barang berharga dari istana.  

Jeritan histeris dua puteri Sultan Langkat terdengar saat diperkosa oleh dua pemimpin aksi biadab ini di salah sayu bilik istana.  Namun nyawa Sultan Langkat luput dari pembunuhan.

Sebenarnya, jauh hari sebelum ajal menjemput, Tengku Amir Hamzah sedang menempuh sekolah di Rechts Hoge School ini, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum di Batavia dan tengah giat-siatnya melakukan pergerakan perjuangan kemerdekaan bersama teman-teman di Jakarta.

Rupanya aktifitas ini diawasi oleh polisi rahasia Belanda dan menilai gerakan yang dibangun sangat berbahaya. Belanda lalu meminta Sultan Langkat agar memanggil pulang Tengku Amir Hamzah ke Tanjungpura.

Sultan Langkat kemudian  memanggil Tengku Amir Hamzah kembali. Awalnya Tengku berat hati untuk memenuhi panggilan pulang tersebut. Ia merasa gerakannya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini masih memerlukan waktu yang panjang. Apalagi Ia termasuk salah seorang tokoh yang melahirkan Sumpah Pemuda.

Cintanya yang dalam terhadap Ilik Sundari yang ia kenal semasa sekolah bersama di AMS Solo juga membuat hati Amir Hamzah semakin  masygul. Terlebih lagi Sultan Mahmud adalah pamannya akan menikahkan Puterinya Tengku Kamaliah dengan dirinya.

Belakangan Tengku Amir Hamzah melunak. Selain karena sekolahnya di biayai sultan, Ia menyadari Sultan Mahmud berada dalam posisi serba salah. Jika ia menolak, bisa jadi fee dari usaha Belanda di bidang perkebunan karet dan tembakau serta maskapai minyak dicabut oleh Belanda.

Padahal fee tersebut mampu membuat Sultan Langkat memakmurkan rakyatnya dengan pendidikan dan kesehatan gratis, pembukaan jalan, minyak tanah gratis untuk penerangan lampu di malam hari, bea siswa untuk pelajar di beberapa kota di Sumatera dan Jawa, dan lainnya.

Mengingat situasi ini, akhirnya Tengku Amir Hamzah pulang ke Tanjungpura dan dinikahkan SultanLangkat dengan puterinya Tengku Kamaliah.

Sultan kemudian memberikan beberapa jabatan kepada menantuya itu. Terakhir di masa Gubernur Sumatera Muhamad Hasan, Tengku Amir Hamzah diangkat sebagai Asisten residen Langkat tahun 1946 yang berkantor di Binjai.

Dan dari kediamannya di Istana Binjai inilah Tengku Amir Hamzah yang dituduh sebagai bagian dari bangsawan feodal diculik massa aksi pada tanggal 7 Maret 1946.

Tengku Amir Hamzah selanjutnya dieksekusi dengan cara dipancung pada 20 Maret bersama beberapa temannya. **

#Nasional

Index

Berita Lainnya

Index