iniriau.com, PEKANBARU – Sebanyak 142 anak dari keluarga petani sawit di seluruh Indonesia kini sedang mengikuti proses seleksi ketat program beasiswa dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) tahun 2025. Dari seluruh peserta, Provinsi Riau tercatat sebagai penyumbang peserta terbanyak, menandai antusiasme tinggi dari daerah tersebut.
Peserta yang mengikuti seleksi ini merupakan bagian dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspek-Pir) Indonesia. Data resmi menyebutkan, 80 peserta berasal dari Riau, disusul Sumatera Selatan dengan 29 peserta, dan Sumatera Utara sebanyak 22 peserta.
“Dominasi peserta dari Riau menunjukkan kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya pendidikan di sektor kelapa sawit,” ujar Efendi Pasaribu, Kepala Sekretariat Aspek-Pir Indonesia.
Menurut Efendi, para peserta akan melewati serangkaian tahapan seleksi, termasuk ujian tulis dan wawancara. Ia berharap seleksi ini mampu menjaring anak-anak petani terbaik yang memiliki motivasi kuat untuk berkontribusi di industri sawit.
Senada dengan itu, Sekretaris Umum Aspek-Pir Indonesia, Syarifuddin Sirait, menekankan pentingnya akses pendidikan formal bagi anak-anak petani.
“Kami ingin memastikan bahwa generasi muda dari keluarga petani punya peluang setara untuk menempuh pendidikan tinggi, khususnya di bidang yang relevan dengan kehidupan mereka,” ucapnya.
Meski begitu, Syarifuddin mengungkapkan bahwa belum semua wilayah mampu mengirimkan wakilnya untuk mengikuti program ini. Ia menyebut sejumlah tantangan seperti minimnya informasi, akses internet yang terbatas, hingga kurangnya pemahaman orang tua mengenai pentingnya pendidikan di bidang sawit.
“Ada yang tidak tahu program ini ada, atau tidak tergabung secara administratif. Ini jadi pekerjaan rumah kami untuk memperluas jangkauan sosialisasi ke depan,” tuturnya.
Program beasiswa BPDPKS ini diharapkan tidak hanya mendorong kemajuan pendidikan di kalangan petani sawit, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam mencetak sumber daya manusia yang mumpuni untuk menopang keberlanjutan industri sawit nasional.**