iniriau.com, PEKANBARU – Gubernur Riau Abdul Wahid menarik perhatian dunia dalam ajang London Climate Action Week pada 23 Juni 2025. Kehadirannya mendapat apresiasi luas dari para calon pembeli dan investor perdagangan karbon global.
Langkah Gubri Abdul Wahid ini menjadi bukti komitmen nyata Pemerintah Provinsi Riau dalam mendukung penerapan Pasal 6 Paris Agreement, yang mengatur mekanisme pasar karbon internasional. Dalam forum tersebut, Gubri didampingi langsung oleh Plt Kepala Bappeda Riau, Purnama Irawansyah.
Forum itu turut dihadiri raksasa global seperti Shell, Microsoft, Standard Chartered, Emergent, Citigroup Inc, serta lembaga pemerintah seperti Greater London Authority (GLA) dan organisasi proyek hijau internasional.
Perusahaan-perusahaan tersebut wajib membeli kredit karbon untuk mengimbangi emisi dari aktivitas industri mereka, sesuai dengan komitmen terhadap pengurangan emisi global.
Perwakilan Kementerian Kehutanan, Prof. Haruni yang hadir mewakili pemerintah pusat menyatakan, Indonesia — termasuk Riau — siap menjalankan skema perdagangan karbon.
“Pemerintah Indonesia bersama Pemprov Riau berkomitmen menurunkan emisi karbon sebagai bagian dari transisi menuju ekonomi hijau,” ungkap Prof. Haruni.
Sementara itu, Purnama Irawansyah menjelaskan, ada tiga hal utama yang dicari investor dalam skema perdagangan karbon: kebijakan di tingkat daerah (jurisdiksi), kesiapan arsitektur REDD+, serta keselarasan antara pemerintah pusat dan daerah.
“Gubernur hadir langsung untuk meyakinkan calon pembeli bahwa Riau siap. Kita punya inisiatif Green for Riau, REDD+ kita juga sudah berjalan. Ini langkah kreatif menghadapi tantangan pembangunan, apalagi di tengah keterbatasan anggaran,” ujar Purnama.
Purnama juga mengungkapkan bahwa sejumlah investor sudah menunjukkan minat dan akan segera ditindaklanjuti.
“Alhamdulillah, sudah ada yang berminat. Ini bagian dari kewajiban mereka sesuai Pasal 6 Paris Agreement,” tambahnya.
Kehadiran Riau dalam forum internasional ini menandai babak baru keterlibatan daerah dalam solusi global untuk perubahan iklim, sekaligus membuka peluang ekonomi baru dari perdagangan karbon.**