Pentingnya STBM, Mahasiswa PKL Stikes Hang Tuah Sosialisasikan

Pentingnya STBM, Mahasiswa PKL Stikes Hang Tuah Sosialisasikan
Mahasiswa PKL STIKES Hang Tuah Tahun 2017 (POSMETRO MANDAU/RIAU POS GROUP)

SIAK KECIL, - Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Pekanbaru, yang melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kecamatan Siak Kecil, Selasa (8/2/2017), mensosialisasikan pentingnya pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Demikian disampaikan Koordinator Mahasiswa PKL STIKES Hang Tuah di Kecamatan Siak Kecil Awaliyah kepada Posmetro Mandau, Kamis (9/2/2017).

Dikatakan Awaliyah, tantangan pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi, dan kebutuhan higienis lainnya.

"Karena kegiatan STBM itu salah satunya akan mengurai permasalahan secara detail mengenai keadaan sanitasi dan kesehatan lingkungan di masyarakat serta mencari solusi dengan pola pemberdayaan masyarakat, yang tujuan akhirnya supaya masyarakat dalam kehidupan sehari-hari ada suatu perubahan perilaku higienis," katanya.

"Artinya mereka secara sadar kemudian terpicu untuk melakukan kebiasaan hidup bersih sehat dengan tidak BAB sembarangan tempat, serta membuat/memiliki jamban sederhana/WC," imbuhnya didampingi rekan PKL nya Hikma, Maliki, Prima di desa Lubuk Gaung Kecamatan Siak Kecil.

Dipaparkan Awaliyah termasuk menerapkan empat pilar yang lain dari STBM. Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO pada 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga.

Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%.

"Ada beberapa kendala yang hadapi pada program STBM ini yaitu pejabat struktural hingga sampai di tingkat desa menganggap bahwa program ini dianggapnya sesuatu yang biasa, padahal sebenarnya program ini sangat penting. Yang kedua, terkait faktor lingkungan, terutama warga masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan sungai, mereka sangat sulit untuk diajak agar tidak buang air besar (BAB) di sembarang tempat," jelasnya.

"Sedangkan yang ketiga, uniknya, masyarakat umumnya sudah mengerti bahwa kalau musim hujan tidak bisa jongkok bila musim kemarau tidak bisa cebok, ini artinya apabila musim hujan terkena banjir dan di daerah pinggiran hutan bila musim kemarau kesulitan air, sehingga akhirnya masyarakat memilih alternatif sendiri dengan menyesuaikan kondisi alam dan ini salah satu yang dijadikan alasan mereka," urai Awaliyah panjang lebar.

Sementara itu, Hikma, anggota mahasiswa PKL STIKES Hang Tuah di Siak Kecil berharap program STBM ini tetap berjalan secara terus menerus maka persoalan buang air besar sembarangan (BABS) lambat laun dapat diatasi.

Hikma juga mengatakan pihaknya mendorong masyarakat untuk memfokuskan pada pilar pertama dan perubahan perilaku masyarakat sehingga setelah sadar mereka akan membuat jamban secara swadaya, Mempersiapkan rencana kabupaten untuk mempromosikan strategi yang baru.

"Perlu mengkoordinasikan pendanaan untuk implementasi strategi STBM dan mengembangkan rantai suplai sanitasi di tingkat kabupaten. Tidak hanya pemerintah yang aktif, tetapi masyarakat yang tempatnya mendapat program ini untuk lebih aktif lagi, dan yang terakhir, yaitu menanamkan kesadaran bahwa BAB itu adalah kebutuhan individu jadi merekalah mestinya memikirkannya," tutupnya




sumber:riaupos.co


Berita Lainnya

Index