M4CR Rehabilitasi 429 Hektar Hutan Mangrove di Desa Kuala Selat Inhil

M4CR Rehabilitasi 429 Hektar Hutan Mangrove di Desa Kuala Selat Inhil
M4CR melakukan Rehabilitasi terhadap hutan mangrove di Desa Kuala Selat Inhil (foto: istimewa)

iniriau.com, Inhil- Mangroves for Coastal Resilience (M4CR) melakukan Rehabilitasi terhadap hutan mangrove di Desa Kuala Selat, Kabupaten Indragiri Hilir yang rusak akibat jebolnya tanggul desa pada 2021 silam  dan menyebabkan 1.600 pohon kelapa milik warga mati.

Di hamparan tanah lumpur  eks kebun kelapa inilah M4CR akan menanam sekitar 1.700 bibit pohon mangroves untuk mencegah abrasi dan menahan air laut masuk ke kebun warga ya masi tersisa.

"Oktober nanti kita akan tanam sekitar 1.700 bibit pohon mangrove di sini, atau di atas areal 429 hektar guna menahan abrasi dan air laut menjangkau kebun kelapa milik warga," ujar PPIU Manager M4CR Provinsi Riau, M. Arif Fahrurozi, S.Pi., M.Si saat meninjau eks kebun kelapa milik warga di Desa Kuala Selat, Kamis (25/9).

 

M4CR bersama perangkat desa melakukan peninjauan di lahan eks kebun kelapa yang tersapu air laut.

 

Pengalihan lahan dari kebun kelapa ke hutan mangrove adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan kawasan yang kini bersisa hamparan gambut ini. Kawasan yang sebagiannya hanya menyisakan tanah gambut.

"Rehabilitasi ini upaya kita untuk melindungi 3.000 hektar kebun kelapa yang masih tersisa,"  jelas Fahrurozi.

Penanaman 1.700 bibit mangrove di Desa Kuala Selat akan memberdayakan kelompok masyarakat guna mendongkrak kembali ekonomi warga. Diperkirakan lamanya waktu penanaman sekitar dua bulan, dan tiga atau empati tahun kemudian baru bisa efektif menahan abrasi.

Tahun ini M4CR menargetkan rehabilitasi terhadap 145 ribu hektar mangrove di Riau  untuk mengembalikan fungsinya.

Alat Pemecah Ombak

Dulunya, ribuan batang kelapa ini  jadi penopang  hidup warga Desa Kuala Selat, Kecamatan Kateman yang memang hidup dari hasil bertani kelapa. Tetapi sejak jebolnya tanggul desa, ratusan kepala keluarga Desa Kuala Selat kini terpaksa menggantungkan hidup sebagai nelayan yang  hasilnya jauh lebih kecil.

"Dulu warga kami adalah pemberi zakat, sejak bencana menimpa, warga Kuala Selat kini terpaksa jadi penerima zakat," ujar Kepala Desa Kuala Selat, Nurjaya, Kamis (25/9).

 

Perangkat desa, PWI Riau dan perwakilan media melakukan penanaman mangrove di kawasan eks kebun warga Desa Kuala Selat, Inhil, Kamis (25/9) -foto: istimewa 

 

Akibat menurunnya perekonomian warga Desa Kuala Selat, banyak anak-anak yang putus sekolah, dan kepala keluarga yang kehilangan pekerjaan tetap,  menyusul PHK besar-besaran di PT Sambu sebagai produsen santan kara dan produk minuman natadecoco.

"Selain punahnya kebun kelapa warga, PHK besar-besaran oleh PT Sambu juga menimpa warga akibat berkurangnya suplai kelapa ke produsen natadecoco dan santan kara itu," jelas Nurjaya.

Menurut Nurjaya, dari hasil menanam kelapa, warganya dulu hidup sangat berkecukupan. Bayangkan saja,  dari 2,5 hektar kebun kelapa, warga bisa memanen 15 ribu butir kelapa. Jika harga sebutir Rp5.000, penghasilan petani kelapa bisa mencapai Rp200 juta setahun.

"Saya ingin menangis kalau teringat itu semua, warga kami sekarang hanya bisa menggantungkan hidup dari nelayan tangkap sperti udang, kepiting dan ikan," ujar Nurjaya memelas.

Selain upaya rehabilitasi oleh M4CR di kawasan eks kebun kelapa warga, pemerintah desa juga memerlukan alat atau batu pemecah ombak untuk mencegah abrasi.

"Kami sangat berharap ada bantuan untuk alat pemecah ombak. Jika dikalkulasikan untuk panjang 1 kilometer, anggarannya sebesar Rp50 miliar," sebut Nurjaya.

Di kawasan eks kebun kelapa warga ini dilakukan penanaman mangrove secara simbolis oleh perangkat desa, perwakilan PWI Riau dan media lokal serta nasional.**

#Pemerintahan

Index

Berita Lainnya

Index