Buku Ajari Aku Baduy Karya 15 Penyair Perempuan Indonesia Dibincangkan di DKJ

Buku Ajari Aku Baduy Karya 15 Penyair Perempuan Indonesia Dibincangkan di DKJ
PPI menggelar Bincang Buku antologi puisi karya 15 penyair yang tergabung dalam PPI berjudul Ajari Aku Baduy (foto: istimewa)

iniriau.com, JAKARTA - Penyair Perempuan Indonesia (PPI) menggelar Bincang Buku antologi puisi karya 15 penyair yang tergabung dalam PPI berjudul Ajari Aku Baduy di Jakarta. Tepatnya di lantai 14, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Taman Ismail Marzuki (TIM), Minggu (10/11/2024l).

Ketua PPI Kunni Masrohanti mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak. Sehingga buku ini bisa diperbincangkan  di antaranya kepada DKJ dan Tiga Narasumber.

"DKJ melalui Komite Sastra sangat luar biasa. Tanpa dukungan DKJ, bincang buku ini tidak akan semeriah ini. Disediakan tempat, ruàngan yaang indah, plus kudapan teh dan kopi. Makanya kami mengucapkan banyak terima kasih atas sambutan dan kolaborasi yang luar biasa ini. Tiga narasumber yang membedah karya demi karya secara detil, semuanya menjadi pelajaran dan masukan untuk ke depan kam bisa lebih baik lagi. Terimakasih Bang Fikar W Eda, terimakasih mas Kurnia Effendi dan Teh Nia Kurnia jauh-jauh dari Bandung yang insyaallah mewakili penyair lainnya dalam proses kreatif kepenulisan buku ini," kata Kunnì.

Perbincangan dipandu moderator Rini Intama. Hadir juga Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri, penyair, seniman dan perwakilan beberapa komunitas sastra yang ada di Jakarta.

Kunni juga menjelaskan, bahwa penyair harus hadir sebagai bagian penting dalam upaya pemajuan kebudayaan di Indonesia  termasuk melestarikan budaya lokal dan bahasa ibu.

"Sebagai penyair kita mencatat dan turut melestarikan  budaya tradisi masyarakat adat serta kehidupan kaum perempuannya, khususnya masyarakat Baduy dengan jalan kita, yakni puisi. Inilah yang bisa kita sumbangkan bagi bangsa ini dalam upaya pemajuan kebudayaan mulai dari mendokumentasikan, melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan objek-objek kebudayaan  termasuk bahasa ibu. Apalagi di dalam buku Ajari Aku Baduy ini banyak menggunakan Bahasa Baduy," kata Kunni.

Dalam Bincang Buku yang dipandu pewarta Devie Matahari ini, Kunni juga mengucapkan selamat datang kepada seluruh hadirin dan menceritakan perjalanan panjang yang menjadi sebab lahirnya buku Ajari Aku Baduy tersebut.

"Dari pulang ke Kampung Tradisi Baduy tahun 2023, lahirlah buku ini. Pulang ke Kampung Tradisi ini program tahunan PPI dan Baduy ini yang ketiga. Terimakasih kepada 15 penyair perempuan, keluarga besar PPI yang berdedikasi, ikut perjalanan tersebut dan menulis puisi-puisinya dalam buku ini." kata Kunni lagi

Dikatakan Kunni lagi, sejak awal berdiri tahun 2018, PPI telah melahirkan buku antologi puisi Palung Tradisi (2019) dengan jumlah penulis 36, Temanten (2020) jumlah penulis 36, Umbul Pasiraman (2023)  jumlah penyair 40 dan Ajari Aku Baduy (2024) jumlah penulis 15.

Temanten lahir dari perjalanan Pulang ke Kampung Tradisi (PKT) tahn 2019 di Garut Jawa Barat, Umbul Pasiraman lahir dari PKT di Jogjakarta, dan Ajari Aku Baduy lahir dari perjalanan PKT di Baduy. Mengapa jumlah penulis buku Ajari Aku Baduy lebih sedikit, karena sejak perjalanan ini dirancang, keluar kesepakatan bersama bahwa yang menulis adalah mereka yang pergi dalam PKT tersebut.

Usai PKT ke Baduy dengan buku Ajari Aku Baduy, PPI juga telah melaksanakan PKT ke Tulang Bawang Barat (Tubaba) Lampung, Juli 2024. Saat ini, proses lahirnya buku kelima dari perjalanan tersebut sedang  dipersiapkan. Sementara itu, perjalanan untuk PKT tahun 2025 juga sudah direncanakan yakni d Kota Malang dan sekitarnya.

"PPI adalah rumah besar yang siapa saja boleh bergabung, tentu dengan kesepakatan-kesepakatan agar rumah ini tetap nyaman, damai, cantik, bersih dan rapi. Makanya kadang ada bersih-bersih, memastikan semua yang tergabung tetap aktif. Bergabung di PPi bukan dengan alasan untuk bisa kumpul ramai-ramai, bukan karena diajak, bukan karena diperlukan, tapi karena terpanggil hatinya untuk turut mencatat dan melestarikan tradisi budaya dengan jalan puisi. Turut ambil bagian dalam upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan itu. Ujungnya harus karya. Bangsa ini memerlukan orang-orang seperti kita. Terimakasih terus membersamai di jalan puisi ini dengan segala suka dan duka," kata Kunni lagi.

Imam Ma'arif selaku Komisi Sastra sekaligus Simpul Seni DKJ  juga mengucapkan terimakasih kepada PPI karena turut meramaikan ruangan yang ada di DKJ dengan menggelar diskusi dan bincang buku.

"Mulai hari ini, silakan dimanfaatkan ruangan ini oleh komunitas-komunitas sastra. Ini sudah diawali oleh PPI, luar biasa. Semoga ruangan ini juga memberi manfaat," kata Imam pula

Pada kesempatan itu, Sutardji Calzoum Bachri juga diminta menyampaikan tanggapan atas lahirnya buku Baduy dan tentang PKT yang juga pernah diikutinya ketika dilaksanakan di Garut. Tardji memberikan apresiasi tinggi dengan harapan akan lahir penulis-penulis yang berkarakter.

"Saya mengapresiasi apa yang telah dilakukan PPI ini mulai dari Pulang ke Kampung Tradisi hingga lahirlah karya-karya puisi. Semoga akan terus lahir puisi-puisi yang berkarakter, kuat dan komunikatif," harap Tardji.

Bincang Buku Ajari Aku Baduy tersebut berjalan dengan hangat dan akrab. Selain membincangkan isi buku secara detil oleh tiga pemantik, dialog, dan tanya jawab, juga diramaikan dengan pembacaan puisi. Tampil sebagai pembaca puisi dari PPI Iin Zakaria dari Lampung, Resty dari Bandung Julia Basri dari Bekasi dan Ayu Yulia Djohan dari Jakarta.**

#Pemerintahan

Index

Berita Lainnya

Index