SATU lagi bacalon wali kota perempuan muncul menjelang helat Pilwako Pekanbaru 27 November 2024 nanti, yaitu Intsiawati Ayus (IA) yang berpasangan dengan politisi PKB, Taufik Arrakhman. Keduanya sosok yang saling melengkapi, Instiawati Ayus tegas dan berani, sementara Taufik Arrakhman adalah politisi muda yang santun, namun energik yang penuh dengan gagasan-gagasan.
Kehadiran pasangan ini bakal meramaikan pilwako Pekanbaru, khususnya dari kalangan perempuan. Sebelumnya sudah ada Ida Yulita Susanti dan Ade Hartati. Siapakah diantara tiga srikandi ini yang mampu memenangkan hati pemilih perempuan?
Ketiganya sama-sama mumpuni sebagai politisi. Bedanya, Intsiawati sudah berkiprah di tingkat nasional. Ia menjadi anggota DPD RI selama empat periode sejak 2004 hingga 2024. Ini membuktikan kematangan IA sebagai politisi, sekaligus bukti kemampuannya dalam mewakili kepentingan daerah di tingkat nasional, dan juga bukti kecintaan masyarakat terhadapnya.
Menggandeng Taufik Arrakhman sebagai wakilnya dalam kontestasi pilkada nanti, adalah sebuah perpaduan yang pas. Keduanya bisa saling melengkapi dan mengisi untuk mengatasi berbagai persoalan Pekanbaru yang semakin komplit, mulai dari masalah kemacetan, banjir, dan sampah, serta tata kelola kota secara umum. Taufik sendiri pernah duduk sebagai anggota DPRD Riau di komisi I yang membidangi pemerintahan.
Menurut Intsiawati Ayus, setelah 20 tahun berjuang di Senayan, saatnya ia "balek kampung" untuk membangun ibu kota provinsi yang ia cintai.
“Sekarang saatnya saya balek kampung untuk membangun ibu kota Provinsi Riau yang kita cintai ini,” ucapnya Selasa (27/8/2024).
Yang jelas pilwako Pekanbaru kali ini tampaknya akan benar-benar seru, fight dan all out, karena diprediksi bakal diikuti lima pasang calon. Ada Agung-Markarius, Ida-Kharisman, Muflihun-Ade Hartati, Edy Natar Nasution-Dastrayani Bibra, pamungkas pasangan Intsiawaty Ayus-Taufik Arrakhman yang didukung Partai Hanura dan PKB.
Siapa pilihan anda?
Waspada, pasang mata dan telinga. Telitilah. Cari informasi dan pelajari rekam jejaknya. Ingat, jika salah pilih, lima tahun bukanlah waktu yang singkat untuk menjalani sebuah penyesalan. *
Ninna Slamet