Lebih Dekat dengan Rektor UIR Prof Syafrinaldi, dari Domino, Lato-lato sampai Ngobrol Politik

Lebih Dekat dengan Rektor UIR Prof Syafrinaldi, dari Domino, Lato-lato sampai Ngobrol Politik
Prof. Syafrinaldi terlihat santai main lato-lato (foto: lna)

MEDIA gathering UIR yang dilangsungkan di Provinsi Sumatera Barat bersama pimpinan UIR dan wartawan media partner, Jumat-Minggu (20-22/1/23) lalu, adalah momen yang paling berkesan bagi para wartawan. 

Tidak saja karena tercipta kebersamaan yang  tanpa jarak antara wartawan dengan para pimpinan universitas yang berdiri tahun 1942 tersebut, tetapi juga kesempatan  mengenal lebih dekat sosok sang rektor, Profesor Dr. H.Syafrinaldi SH., MCL, rektor UIR kelima yang telah banyak menorehkan prestasi untuk perguruan tinggi yang tengah mengusung tagline "Perguruan Tingi Berkelas Dunia, Berlandaskan Iman dan Taqwa."

Lahir dari keluarga sederhana, Syafrinaldi betul-betul menunjukkan kesederhanaaanya. Sejak awal gathering, mulai dari pemberangkatan menggunakan bus sampai seluruh rangkaian kegiatan berakhir, Minggu pagi, Syafrinaldi menghabiskan waktunya bersama wartawan.

"Tidur saja yang tidak bersama pak rektor kita. Selainnya, ngopi di kedai, ngobrol melewati pagi dan main domino sampai malam kita lalui bersama pak rektor  selama gathering ini. Jarang ada pejabat yang seperti ini, tidak jaim saat berbaur," ulas Budy, salah satu wartawan media partner.

Profesor Syafrinaldi memang terlihat sangat enjoy dan tanpa beban mengikuti rangkaian gathering. Ia benar-benar menanggalkan statusnya sebagai seorang pimpinan perguruan tinggi, dan seluruh rutinitasnya yang sehari-hari pasti sangat sibuk.

Bahkan disaat rombongan sibuk berswa foto untuk mengabadikan keindahan alam Sumatera Barat, ia dengan sabar menunggu sambil ngopi di warung terdekat, dan terkadang ikut gabung untuk berfoto.

Saat diajak main tiktok, ayah dua anak ini pun tidak menolak, bahkan terlihat menikmatinya. "Ayo...sambil cari keringat," ujar rektor yang diikuti oleh pimpinan UIR lainnya, Wakil Rektor 1,  Dr. H. Syahendri.,S.Sos.,M.Si, dan Syafriadi.,SH.,MH, wartawan yang juga Dosen FH UIR.

Dan, pagi nan cerah di Kalivera Hotel, Payakumbuh itu pun jadi tambah hangat oleh gerakan ringan tiktok dan canda tawa. Sungguh keakraban yang natural.

"Kapan lagi kita bisa tiktokan dengan pak rektor seperti ini," celetuk Herlina, wartawan yang kami sandangkan gelar "ratu tiktok" kepadanya.

Ketika  ditanyakan kepada pria kelahiran Pekanbaru 60 tahun lalu itu tentang arti kebersamaan ini, ia menjawab, "Sebenarnya ya beginilah saya kalau lepas dari rutinitas. Lepaskan semua dulu. Nikmati. Dan kebersamaan ini sebenarnya wujud terima kasih dan apresiasi kami kepada  teman-teman wartawan yang telah banyak mensuport UIR, membantu saya dan pimpinan  UIR lainnya dalam membangun citra positif kampus kita ini. Sekaligus untuk menanamkan rasa memiliki terhadap UIR dari teman-teman wartawan," sebut Syafrinaldi saat diwawancara.

Menurut Syafrinaldi, seluruh unsur di UIR ikut berperan dalam membangun kampus, sesuai porsinya masing-masing, mulai dari bawah sampai yang di atas.

"Kita ini adalah tim besar, itu yang selalu saya tanamkan.  Semuanya berperan dalam membangun dan memajukan UIR, baik staf, karyawan, dosen, dekan, sampai wakil rektor. Tujuan kita sama, yakni membesarkan UIR  menuju kampus berkelas dunia, dengan iman dan taqwa sebagai landasannya," ujar profesor yang menyelesaikan S2 dan S3 nya di Delhi University, India tahun 1993, dan S3 di Universitaet der Bundeswehr Muenchen, Jerman pada tahun 2000. 

Pria 10 bersaudara ini selain terlihat sederhana, juga tenang pembawaannya. Itu terlihat saat  mengikuti kegiatan gathering, ia dengan sabar ikut berjalan kaki menyusuri tempat-tempat yang dikunjungi. Maupun saat ditanyakan beberapa hal tentang dinamika saat ini. Misalnya ketika ditanya, "Bapak tidak ingin terjun ke politik setelah tidak menjabat rektor lagi?" 

"Boleh, asal gratis,"  ujarnya singkat, dengan tetap  tersenyum. 

Meski sebuah jawaban singkat, namun jawaban itu sesungguhnya mengandung makna yang dalam. Sebagai seorang intelektual, Syafrinaldi agaknya paham betul carut marut dunia perpolitikan. Pastinya, tidak ada yang gratis. Dan Syafrinaldi ingin membalikkan logika itu dengan sebuah pesan moral : berpolitik yang sehat itu mestinya tanpa uang, apa lagi mahar. _Yes, no money politic_ .

Di suatu tempat saat wartawan dan rombongan sibuk belanja oleh-oleh di Kota Bukitinggi, Syafrinaldi duduk menunggu di sebuah warung kecil di pinggir jalan. Di depannya, sebotol air mineral kecil menemani. Dan rektor yang telah meraih penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari Presiden RI, tahun 2017 lalu ini mengisi kekosongan waktunya dengan memainkan sebuah permainan tradisional lato-lato. Dengan tekun ia memutar mainan anak-anak jaman dulu tersebut, dan sesekali terlihat mengenai tangannya. 

"Sakit pak?" tanya wartawan. "Lumayan, apalagi kalau yang kena ini," ujar Stafrinaldi menunjuk kepalanya, sambil tertawa, mencoba memecah suasana. Maklum saja, lato-lato memang terbuat dari benda yang sangat keras.  Tetapi jebolan S1 Fakultas Hukum Unand ini tak berhenti juga berlatih. Ia terus memainkan lato-lato sampai terbiasa dan mulai bisa.

"Nanti kita adakan perlombaan main lato-lato ya," candanya lagi yang langsung disambut wartawan, "Ayo pak, tapi kami pasti kalah karena bapak latihan terus." Dan, pak rektor pun tertawa lepas.

Dari permainan lato-lato yang sederhana ini, sebenarnya ada sebuah  pelajaran, bahwa untuk mencapai sesuatu perlu ketekunan, sabar dan kerja keras. Seperti hidup yang dilalui Syafrinaldi, meski anak seorang supir ia bisa menjadi rektor. Itu tentu buah dari kerja keras dan ketekunannya.

Menyisakan waktu dua setengah tahun lagi sebagai rektor UIR, Syafrinaldi janji akan terus bekerja keras  membesarkan UIR. Ia ingin di akhir masa jabatannya meninggalkan kesan yang baik, dan tidak memberatkan penerusnya.

"Kita tidak akan berhenti, kita akan terus bekerja keras mewujudkan UIR sebagai kampus berkelas dunia, tempat para calon intelektual menimba ilmu," ujar Syarinaldi.

Dua periode memimpin UIR, Syafrinaldi punya catatan sendiri. Itu terjawab saat ditanya suka dukanya menjadi rektor.

"Yang pasti tidak boleh salah," jawabnya lugas. Ini tentu berkaitan dengan kesehariannya sebagai pendidik dan pimpinan perguruan tinggi. Tetapi, pesan yang tersirat dari ungkapan itu sesungguhnya tak ada manusia yang sempurna. 

"Kita akan selalu berupaya dan melakukan yang terbaik, tetapi tak ada hasil yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah," tuturnya berpesan.

Minggu pagi yang cerah, hari ketiga gathering, saatnya pulang. Sebelum berangkat ke tujuan masing-masing, rombongan kembali ke Pekanbaru dan rektor meneruskan perjalanan ke Kabupaten Anambas, Kepri, kebersamaan masih berlanjut.

Rektor bersama wakilnya kembali menghabiskan pagi bersama wartawan di halaman belakang hotel. Pemandangan yang indah membuat suasana jadi ceria. Tema  obrolan pun hanya hal yang ringan-ringan saja. Yakni seputar istilah yang lagi viral saat ini, "pajatu". 

Siapun yang ada saat itu dipanggil "pajatu", dan siapun yang jadi tema obrolan juga disebut "pajatu" hingga membuat semua tertawa lepas, termasuk Syafrinaldi yang terlihat betul-betul lepas.

Pagi terus merangkak naik, Syafrinaldi berangkat ke tujuannya setelah berpamitan, rombongan pun menaiki bus menuju Pekanbaru. Semua terlihat hepi dan ceria. 

"Saya pamit duluan ya. Kita ada MoA di Anambas bersama bapak bupati yang juga lulusan UIR, jadi dari sini saya bersama WR satu terbang ke Anambas lewat Padang," ujar Syafrinaldi.

Mobil BM 1 UIR berlalu. Rombongan pun beranjak menuju bus.

Kenangan menyantap kopi dan gorengan yang dibeli di gerobak pinggir jalan bersama rektor dan pimpinan UIR lainnya dekat lubang jepang, Bukittinggi, semoga bukan yang terakhir. Akan ada kebersaman lainnya setelah ini.

"Senang ya, tiga hari yang berkesan bersama UIR. Kita jadi mengenal sosok pimpinannya, pak rektor yang _humble_ , wakil rektor dan lainnya yang asik," tutur Sri, wartawan wartasuluh.

Wartawan parasriau, Ikhwan merasakan tak ada jarak antara wartawan dan rektor. "Kita seperti berkawan saja, tak ada jarak, tak ada sesuatu yang formal," ujarnya.

"Semoga sesuai harapan rektor dan kita juga, ini bukan yang terakhir, karena membangun kebersamaan itu peting dalam membina hubungan kerja sama, " ujar Ani, wartawan  Haluan.

Harapan lain tentu saja ada, yakni UIR yang mendunia, sebagai kampus berkelas dunia. Dan itu bisa terwujud di akhir masa kepemimpinan Rektor UIR Prof.Dr.H.Syafrinaldi SH., MCL.

Selain rektir dan Wakil Rektor 1,  Dr. H. Syahendri.,S.Sos.,M.Si, pimpinan UIR lainnya yang mengikuti garheting adalah Wakil Rektor 2, Dr. H. Firdaus Ar. SE. Msi. Ak. CA, Prof. Dr. H. Thamrin.,SH.,M.Hum (Ka Biro Aset) serta Dr. Syafriadi.,SH.,MH, wartawan yang juga Dosen FH UIR. *

Luna Agustine

Berita Lainnya

Index