PR Menggunung Bikin Siswa Stress

PR Menggunung Bikin Siswa Stress
ilustrasi

Iniriau.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan agar masyarakat menerapkan bekerja dan belajar dari rumah menyusul penyebaran wabah corona. Pemda pun meliburkan siswa mereka selama 14 hari agar bisa belajar dari rumah.

Namun, siapa sangka jika kebijakan ini justru berdampak pada kesehatan mental para siswa. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima aduan jika ada banyak anak yang justru stres lantaran diberi tugas yang menggunung oleh sang guru.

"Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima pengaduan sejumlah orang tua siswa yang mengeluhkan anak-anak mereka malah stres," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti melalui keterangan tertulis, Rabu (18/3). "Karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya."

Ia menduga jika masih banyak guru yang belum paham betul mengenai konsep belajar dari rumah sehingga mereka pun memberikan banyak PR kepada siswanya. Para guru, cenderung memberikan beban pekerjaan yang membutuhkan waktu lebih dari satu jam pelajaran untuk dikerjakan. Tak ayal hal ini membuat PR siswa kian menumpuk dan berbuntut pada tekanan mental pada siswa.

"Seiring dengan 14 hari belajar di rumah, ternyata tugas yang harus dikerjakan anak-anak mereka di rumah malah sangat banyak," tegas Retno. "Karena semua guru bidang studi memberikan tugas yang butuh dikerjakan lebih dari 1 jam. Akibatnya, tugas makin menumpuk-numpuk, anak-anak jadi kelelahan."

Ia pun menyayangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang tidak melakukan persiapan terhadap guru terkait kebijakan belajar dari rumah ini. Menurutnya, kementerian dan dinas terkait harus membuat semacam petunjuk teknis terkait metode pembelajaran dari rumah secara online.

"KPAI menyayangkan Kemdikbud dan dinas-dinas pendidikan tidak melakukan edukasi terlebih dahulu kepada para guru dan sekolah ketika ada kebijakan belajar di rumah selama 14 hari," lanjut Retno. "Kalau sudah ada persiapan maka semestinya tidak terjadi penumpukan tugas yang justru memberatkan anak-anak."

Lebih jauh, ia pun meminta agar dinas pendidikan setempat melakukan evaluasi terkait metode pembelajaran guru secara online. Ia tak ingin jika home learning diartikan sekadar memberikan tugas-tugas secara online.**

Sumber: Wowkeren

Berita Lainnya

Index