Selamat Jalan Wina Armada Sukardi, Penjaga Etika Pers dan Kebebasan Bersuara

Selamat Jalan Wina Armada Sukardi, Penjaga Etika Pers dan Kebebasan Bersuara
Wina Armada Sukardi, wartawan senior sekaligus advokat dan pengamat film (foto:net)

iniriau.com, Jakarta — Dunia jurnalistik Indonesia kehilangan salah satu sosok terbaiknya. Wina Armada Sukardi, wartawan senior sekaligus advokat dan pengamat film, tutup usia pada Kamis (3/7) pukul 15.59 WIB. Figur multitalenta yang selama ini dikenal tajam dalam berpikir namun santun dalam menyampaikan pendapat itu meninggal dunia di usia yang penuh dedikasi untuk profesi dan nilai-nilai kebebasan berekspresi.

Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Zulmansyah Sekedang, menyampaikan duka mendalam atas kepergian tokoh yang juga menjadi panutan di lingkungan PWI Pusat.

“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Pers Indonesia kehilangan salah satu sosok terbaiknya. Bang Wina adalah wartawan senior yang memiliki dedikasi tinggi terhadap profesi, ahli dalam hukum pers, dan selalu menjaga marwah organisasi,” ujar Zulmansyah saat dihubungi, Kamis sore.

Ia mengenang Wina sebagai sahabat seperjuangan yang konsisten membela kebebasan pers dengan cara elegan—penuh argumen, bermartabat, dan jauh dari provokasi.

Wina Armada bukan hanya wartawan. Ia adalah advokat andal, penulis buku hukum, kritikus film berpengaruh, sekaligus mentor bagi banyak wartawan muda. Ia pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pers, pengurus PWI Pusat, serta Ketua Pelaksana Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI).

Di tengah kesibukan profesional, Wina tetap menulis secara produktif. Buku terakhirnya, Tafsir KUHP Baru (UU No. 1 Tahun 2023), rampung belum lama ini—ditulis sambil menanti kelahiran cucu ketiganya. Karya setebal lebih dari 600 halaman ini mempertegas kecintaannya pada dunia hukum dan komitmen terhadap kebebasan berekspresi.

Salah satu tulisan yang banyak diperbincangkan adalah “Dibuang di UU Pers, Dipungut di KUHP.” Dalam esai tersebut, Wina dengan tegas menolak pasal-pasal karet yang berpotensi membungkam pers. Namun seperti biasa, kritiknya disampaikan dengan tawaran solusi—mencerminkan pemikiran tajam dan konstruktif.

Wina Armada juga dikenal luas sebagai pembimbing yang rendah hati. Ia kerap mengisi pelatihan jurnalistik di berbagai daerah, menyebarkan semangat keberanian, kejujuran, dan integritas. Tak sedikit jurnalis muda yang menjadikannya panutan dan sumber inspirasi.

Zulmansyah menegaskan bahwa meski secara fisik Wina telah tiada, semangatnya akan terus hidup.

“Bang Wina bukan hanya menulis sejarah, tetapi menjadi bagian penting dari sejarah itu sendiri. Jejak langkahnya akan selalu kami kenang,” ucapnya menutup pernyataan.**

#Nasional

Index

Berita Lainnya

Index