iniriau.com, PEKANBARU - Debat publik Pilkada Riau kedua berlangsung panas. Pasalnya pasangan calon gubernur Riau saling serang. Seperti calon Gubernur Riau (Cagubri) nomor urut tiga Syamsuar menyerang Paslon Bermarwah, khususnya Cawagub SF Hariyanto yang sebelumnya menjabat sebagai Penjabat (Pj) Gubernur Riau dengan defisit anggaran.
"Pak SF Hariyanto, saya mau kasih PR, sebagaimana diketahui sudah jadi rahasia umum belum ada sejarahnya kita Provinsi Riau defisit anggaran Rp1,3 triliun. Seandainya bapak menjadi pemimpin bagaimana caranya mengatasi defisit. Dan ini belum pernah terjadi di masa kepemipinan saya waktu menjadi Gubernur Riau termasuk gubernur lainnya," tanya Cagub Syamsuar.
Mendengar pertanyaan ini, Cawagub SF Hariyanto langsung langsung menggas dengan menyebut Syamsuar sudah tua. Sehingga lupa bagaimana dirinya sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) ketika Gubernur Riau saat itu dijabat Syamsuar. Pada 2023 lalu, telah menyelesaikan persoalan defisit. Dimana saat itu telah terjadi defisit anggaran sebesar Rp1,7 triliun.
"Terimakasih, pertanyaan ini yang saya tunggu. Pak Syamsuar mungkin lupa, saya ini ketua TAPD selaku Sekdaprov Riau. Saya yang mengelola anggaran daerah. Beliau tidak tahu pada tahun 2023 defisit anggaran Rp1,7 triliun. Kita selesaikan dengan rasionalisasi. Banyak kegiatan yang tak termasuk prioritas kita potong. Beliau lupa, ini kita kasihan, mungkin karena sudah tua, lupa dia," sergah Hariyanto, Minggu (17/11/24).
Defisit anggaran yang besar saat itu menurut Haryanto, telah dituntaskan dengan melakukan rasionalisasi anggaran. Kegiatan yang dianggap tidak termasuk skala prioritas dipangkas habis.
"Saya katakan saat itu sekarang masih Oktober, ada triwulan keempat belum masuk itu sekitar Rp400 miliar. Kemudian dana pajak bermotor itu ada Rp82 miliar satu bulan kali tiga, sebanyak Rp240 miliar, ditambah PI dari minyak juga belum masuk. Sementara APBD 2025 belum dibahas," ungkap Hariyanto.
Hariyanto pun menegaskan untuk menyimpulkan anggaran sudah defisit atau belum setelah tahun anggaran selesai. Sehingga jika anggaran sedang berjalan belum bisa dikatakan defisit.
"Pertanyaannya kok tahu ada defisit anggaran. Kayak dukun aja pak Syamsuar ini," sergah Hariyanto lagi dengan nada tinggi.
Cagubri Wahid yang berpasangan dengan Hariyanto juga melakukan pembelaan. Menurutnya, selagi anggaran masih berjalan tidak bisa disebut defisit.
"Begini kalau anggaran sedang berjalan itu belum bisa dikatakan defisit. Kalau sudah selesai baru bisa disimpulkan. Inikan anggaran sedang berjalan. Jadi tenang saja pak Syamsuar ya, nanti kita bereskan," balas Wahid.
Mendapatkan sanggahan tegas dari Paslon Bermarwah tersebut, Cagub Syamsuar yang melempar pertanyaan tersebut tak tinggal diam. Menurut Syamsuar, perhitungan defisit seharusnya tak harus menunggu tahun anggaran selesai. Karena perhitungan segala kemungkinan sudah bisa dilihat dengan perhitungan dengan berbagai kemungkinan.
Jika itu terjadi tentu akan menjadi PR siapa pun nantinya yang akan duduk menjadi gubernur dan wakilnya.
"Bisa saja bapak bilang begitu, tapi kitakan sudah bisa memperhitungkan dengan semua kemungkinan yang akan masuk dalam hitungan bulan," sebut Syamsuar.
Pada kesempatan ini Syamsuar juga mempersoalkan tenaga honor di Pemprov Riau yang belum menerima uang honornya akibat defisit anggaran yang terjadi saat ini.
"Sekarang honor dari pegawai honor belum juga bisa dijalankan. begitu sulitnya sekarang ini. Dan ini belum pernah terjadi di masa kepemimpinan kami termasuk Gubernur Riau lainnya. Kita kasihan ini pegawai sekarang ini termasuk dokter di rumah sakit. Mudah mudahan mereka tetap semangat bekerja. Daerah daerah juga terjadi defisit anggaran karena bagi hasil pajaknya tak bisa diberikan sepenuhnya oleh pemerintah Provinsi Riau. ini barangkali menjadi PR siapa pun yang jadi gubernur," papar Syamsuar mengingatkan. **