Mengangkat Kelokalan Mandau Lewat Batik, PHR Gerakkan Ekonomi Warga Tempatan

Mengangkat Kelokalan Mandau Lewat Batik, PHR Gerakkan Ekonomi Warga Tempatan
Pengrajin Batik Mandau sedang melakukan pengisian warna (atas). Aneka motif Batik Mandau setelah menjadi kain, indah dan sangat kental kelokalannya (samping).(foto: lna)

iniriau.com - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan terus menunjukkan komitmen dan perannya dalam menggerakkan ekonomi wilayah operasionalnya, dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan infrastruktur. Kegiatan tersebut bagian dari bentuk tanggung jawab sosial PHR pada warga tempatan yang dikenal dengan nama program Corporate Social Responsibility (CSR).

Salah satunya adalah program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR yang sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar, yakni kerajinan Batik Mandau yang perlahan tapi pasti telah menggerakkan ekonomi warga tempatan. 

Dan seiring meningkatnya permintaan, Batik Mandau kini menjadi salah satu pusat kerajinan ekonomi kreatif binaan PHR yang memiliki beragam keunggulan. Baik dari motif, warna maupun bahan baku kain.

Kreasi Batik Mandau dikerjakan oleh ibu-ibu anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kecamatan Mandau, Bengkalis. Para wanita hebat ini adalah tulang punggung lahirnya motif-motif baru Batik Mandau dengan berbagai ciri khas dan keunggulannya sendiri. Mereka dibina langsung oleh Camat Mandau Riki Rihardi dan Ketua TP PKK Dewi Asdinar. 

Tak kurang dari 23 motif Batik Mandau sudah dihasilkan oleh para pengrajin, dan empat diantaranya sudah dipatenkan sebagai Icon Batik Mandau.

Ruang produksi Batik Mandau terletak di kompleks Kantor Camat Mandau di Kota Duri. Pengerjaan satu helai kain sampai jadi, dilakukan oleh dua orang dan memakan waktu dua sampai tiga hari. Ada yang bertugas menchanting, mendisain motif, mencap, mengisi warna sampai proses akhir yakni meluruhkan warna lilin malam ke air mendidih untuk menjadi kain batik.

Pjs Bupati Bengkalis Akhmad Sudirman Tavipiyono saat meninjau Batik Mandau di galeri "Brand Mandau" bersama humas PT PHR Yulia Rintawati, Dosen Polbeng Afrindo dan rombongan, Selasa (22/10/24). (Foto : lna)

"Untuk satu helai kain dikerjakan oleh dua orang dan memakan waktu paling lama tiga hari," ujar Juana, salah seorang pengrajin. 

Dalam sehari, para ibu ini mampu menghasilkan 10 kain batik, dengan harga perhelai Rp300.000. Perbulannya Kecamatan Mandau mampu memproduksi paling sedikit 300 helai batik tulis.

"Alhamdulillah saat ini ibu-ibu yang tergabung dalam anggota PKK sudah memiliki keuangan sendiri dari hasil membatik untuk membayar gaji para pengrajin. Ke depan kita upayakan melatih lebih banyak lagi ibu-ibu, agar semua anggota PKK bisa merasakan manfaat ekonomi dari kegiatan membatik ini," ujar Camat Mandau Riki Rihardi, Selasa (22/10/24).

Kerajinan Batik Mandau adalah binaan PT PHR WK Rokan. Perusahaan migas ini menggandeng Politeknik Negeri Bengkalis (Polbeng) sebagai mitra kerja yang memberi pendampingan kepada para pengrajin, mulai dari pra produksi, quality control sampai pasca produksi. 

Dan dari awalnya tiga orang pembatik saja yang bergabung, kini sudah berkembang jadi 10 orang. Merekalah yang mengerjakan semua pesanan batik yang diorder pelanggan.

"Awalnya kami mengirim ibu-ibu anggota PKK untuk belajar seni membatik ke Jogya. Setelah selesai, ibu-ibu tersebut mengajarkan ilmu yang didapat  kepada ibu PKK lainnya, sampai mereka mahir seperti sekarang ini," jelas Afridon, dosen Politeknik Negeri Bengkalis selaku mitra pelaksana program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR, M. Afridon ST., MT saat kunjungan ke galeri Batik Mandau, Selasa (22/10/24).

Pendampingan oleh Polbeng mulai dari persiapan atau pra produksi, pemilihan motif, pemilihan bahan baku sampai pada quality control hingga packaging atau kemasan, pemasaran dan managemen pengelolaan usaha.

"Pendampingan kita lakukan mulai dari pra sampai pasca produksi, bahkan hingga kain sampai ke pelanggan juga kita dampingi, agar semuanya terjaga dengan baik. Kami memang sangat mengutamakan kualitas agar batik Brand Mandau benar-benar bisa diterima pasar," ujar Afridon.

Aneka model, motif dan corak Batik Mandau ini bisa didapatkan di Galeri" Brand Mandau", di Kompleks Kantor Camat Mandau Kota Duri. Produk-produk yang tersedia ada berbentuk tas kain corak batik, tas anyaman batik, topi, syal, tudung saji, kain pantai, dan baju seragam dengan warna-warni yang indah.

Motif pipa angguk, paling diminati pembeli.(foto: int)

Selasa (22/10/24), Galeri Brand Mandau ini dikunjungi Tim Media peliput AJP, yang dibuat terkagum-kagum oleh karya anggota PKK Kecamatan Mandau. Selain warna-warni yang menawan, tekstur kain yang lembut menjadikan Batik Mandau layak mendapat tempat di masyarakat.

Itu pula yang membuat Pjs Bupati Bengkalis Akhmad Sudirman Tavipiyono optimis Batik Mandau bisa menembus pasar internasional. Paling tidak menerobos pasar negara tetangga dulu, yakni Malaysia.

"Kita ini kan bersebelahan dengan Malaysia. Ayo manfaatkan peluang itu. Saya optimis batik mandau bisa masuk dan dipasarkan di negara jiran. Apa lagi corak dan kualitasnya bagus begini," ujar Tavip saat meninjau Galeri Brand Mandau, Selasa (22/10/24) siang.

Salah satu kaunggulan Batik Mandau adalah motif dan warna yang sarat dengan kelokalannya. Setiap motif dan helai kainnya mengandung kearifan lokal dan filosofi yang kuat. Terutama nilai-nilai budaya Melayu (suku masyarakat tempatan) dan migas yang menandai Mandau sebagai salah satu wilayah eksplorasi PHR.

Diantara motif Batik Mandau adalah pucuk rebung, bunga melati, daun duri, bolu kemojo, ambang, Jimpul, dan Lentik/lancip. Yang paling banyak diminati adalah motif "pumping unit" atau motif pompa angguk. Motif ini menjadi primadona karena menggambarkan identitas Mandau sebagai salah satu penghasil minyak di Bumi Melayu. 

Motif "Bengkalis Bermasa" yang merupakan jargon dari visi Pemkab Bengkalis yaitu "Bengkalis Bermarwah Maju dan Sejahtera" juga menjadi motif yang banyak dicari. 

Yang unik lagi, motif minyak tumpah. Motif ini menggambarkan eksplorasi minyak di Bumi Melayu, dan minyak tersebut dimanfaatkan untuk kesejahteraan Masyarakat Mandau yang terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya.

"Filosofi itu dilambangkan dengan pompa minyak yang sedang bekerja dan adanya minyak yang tumpah dalam bentuk warna-warni. Ada kuning sebagai simbol melayu, juga warna merah, hijau dan biru yang mewakili warna suku lainnya. Makna dari warna-warna tersebut adalah bahwa di Bumi Melayu ini hidup berbagai suku dan budaya yang saling berdampingan," ujar Afridon.

Setiap pemilihan motif, Pemerintah Kecamatan Mandau beserta Polbeng selalu berkonsultasi dan meminta saran masukan tokoh adat dan tokoh masyarakat, agar makna-makna yang terkandung di dalamnya tidak sampai melenceng.

Foto bersama pengrajin Batik Mandau bersama Pjs Bupati Tavip dan rombongan serta Camat Riki Rihardi. (Foto: lna)

Dengan berbagai keunggulannya itu, Pemerintah Kecamatan Mandau bersama Polbeng akan terus mendorong Batik Mandau masuk dalam salah satu Icon Riau,  bahkan bisa go internasional. Untuk itu Batik Mandau akan selalu dipromosikan pada kegiatan-kegiatan resmi pemerintah daerah, pameran dan bazar, maupun promosi di media sosial.

Meski akan banyak tantangan yang dihadapi untuk mengangkat Batik Mandau bisa "go internasional"  tetapi sang Camat, Riki Rihardi yakin dengan kesungguhan dan kemauan, Batik Mandau bisa menjadi brand yang diperhitungkan.

"Nanti kita usahakan buka toko khusus yang menjual batik Mandau, agar masyarakat mudah mendapatkannya. Ini juga upaya kita mempromosikan Batik Mandau ke masyarakat luas,"  ujar camat.

Tidak mudah memang menembus pasar luar bagi Batik Mandau. Apa lagi di tengah menjamurnya brand-brand batik lokal berbagai daerah di Riau, serta daerah lain di Indonesia. Tetapi ada satu peluang pasar yang sangat mungkin bisa direbut, yakni negri jiran!

Asalkan semua pihak yang terlibat dalam pra dan pasca produksi Batik Mandau konsisten dengan kuinikan-keunikan sebagai ciri khas Batik Mandau, mengoptimalkan pemanfaatan teknologi media sosial untuk promosi dan e-commerce penjualan, mempelajari tren pasar dengan cara mencari tahu apa yang dibutuhkan konsumen, membangun kolaborasi dengan usaha lain untuk memperoleh konsumen atau pasar baru, maka Batik Mandau pasti bisa diterima pasar.*

Berita Lainnya

Index