Iniriau.com, Pekanbaru – Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru H. Agung Nugroho, SE, MM - H. Markarius Anwar, ST, M.Arch (AMAN) nomor urut 5, telah menyelesaikan kampanye dialogis putaran pertama zona Tuah Madani, Binawidya dan Marpoyan Damai, tanggal 4 s/d 6 Oktober 2024.
Selama berkeliling bertemu masyarakat, banyak aspirasi dan harapan yang disampaikan ke pasangan yang diusung partai Demokrat dan PKS tersebut. Salah satu yang menjadi sorotan penting adalah persoalan banjir yang menjadi momok ketika musim hujan. Sehingga Julukan Pekanbaru sebagai Kota Bertuah sering diplesetkan menjadi ‘Kota Berkuah’.
Dalam menghadapi tantangan banjir yang semakin kompleks, masyarakat membutuhkan pemimpin yang memahami secara mendalam bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Maka, pasangan calon Nomor 5 menjadi jawaban atas persoalan ini, H. Agung Nugroho, SE, MM - H. Markarius Anwar, ST, M.Arch.
Mereka hadir dengan solusi nyata yang didukung oleh pengalaman dan pendidikan yang relevan. Wakil dari pasangan ini, H. Markarius Anwar, ST, MArch, adalah lulusan Master of Urban Design (tata kota) Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Dengan latar belakang akademis dan keahlian di bidang perencanaan tata kota, Markarius diyakini mampu merumuskan kebijakan yang efektif dalam penataan infrastruktur, termasuk sistem drainase yang tertata dengan baik.
Calon Wakil Walikota Pekanbaru H. Markarius Anwar, ST, M.Arch pada saat kampanye menyampaikan bahwa keluhan masyarakat Pekanbaru terkait banjir tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Ia memahami bahwa banjir bukan hanya merusak infrastruktur, tetapi juga mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat. Maka Paslon AMAN, berkomitmen untuk menyelesaikan hal ini dalam jangka waktu tidak kurang dari 1,5 tahun, dan sudah masuk dalam program prioritasnya.
Pada saat kampanye dan menjawab pertanyaan warga, Markarius Anwar merinci penyebab banjir yang ditemuinya di lapangan dan memberikan beberapa solusinya.
Pertama, yaitu terkait saluran drainase yang banyak tidak tersambung, terutama di daerah permukiman penduduk. Hal ini menyebabkan aliran air terhenti, kemudian mengalir ke jalan dan rumah warga dan mengakibatkan genangan di jalan-jalan dan perumahan.
“Kedepan terkait pengerjaan drainease ini akan kita serahkan sepenuhnya kepada Dinas Pekerjaan Umum (PU), agar seluruh drainase tersambung dengan baik dan dapat berfungsi optimal untuk mencegah banjir,” pungkas suami dari dr. Sari Rahmawati, Sp.OG tersebut.
Kedua, banyaknya saluran air yang yang sudah tertimbun pasir, tanah ataupun sampah yang sudah atau tidak bisa lagi dibersihkan.
“Sebagai contoh, sekarang ini banyak orang yang membangun ruko sekian pintu, kemudian saluran drainasenya mereka cor, tanpa membuat bak/lobang kontrol, sehingga petugas kebersihan tidak bisa masuk membersihkan sampah ataupun endapan pasir. Jadi seluruh saluran drainase perlu kita benahi dan pelihara secara rutin,” tukasnya.
Ketiga, dikatakannya bahwa saat ini saluran primer, sekunder dan tersier tidak terhubung dengan baik. Tiga jenis saluran air ini yang seharusnya bekerja secara bersamaan untuk mengalirkan air dengan lancar dirasa tidak terhubung dengan optimal. Hal ini menyebabkan air meluap, tergenang, dan akhirnya menimbulkan banjir. Sistem yang tidak tertata ini menjadi penyebab utama banjir, terutama saat hujan deras. Penyumbatan pada salah satu saluran, perbedaan kapasitas aliran, atau kurangnya pemeliharaan menjadi masalah yang sering ditemukan.
“Maka pendekatan terpadu untuk memperbaiki konektivitas antara saluran primer, sekunder, dan tersier akan menjadi perhatian serius kita. InsyaAllah ini bisa diselesaikan,” tuturnya.
Keempat, kurangnya daerah resapan air, seperti taman kota, waduk, sumur resapan hingga lobang biopori. Apalagi dengan pesatnya pembangunan yang tidak mempertimbangkan keseimbangan lingkungan. Hal ini membuat air hujan tidak terserap dengan baik ke dalam tanah dan tumbuhan, sehingga menyebabkan genangan air dan banjir di berbagai lokasi.
“Kelima, terkait Master Plan Banjir. Jadi Kami sudah konsultasi dengan Dinas PU, bahwa master plan banjir Kota Pekanbaru sebenarnya sudah ada, namun selama ini belum dilaksanakan, karena tidak dianggarkan secara serius. Jika master plan ini dianggarkan dan dilaksanakan, maka persoalan banjir bisa kita selesaikan dalam waktu tidak kurang dari 1,5 tahun. InsyaAllah di bawah kepemimpinan Agung Nugroho – Markarius Anwar, master plan ini akan kita laksanakan dengan sebaik-baiknya,” imbuhnya.
Dilanjutkannnya, bahwa master plan tersebut nantinya juga akan disempurnakan dan dikaji, mungkin saat ini sudah ada ketidaksesuaian lagi, karena beberapa daerah perumahan yang tumbuh, baik yang ada izin maupun yang tanpa izin di daerah resapan air/banjir.
Menurut Markarius, master plan banjir tidak hanya fokus pada penanganan jangka pendek, tetapi juga mencakup strategi jangka panjang yang berkelanjutan. Dengan adanya master plan yang matang dan pelaksanaan yang terarah, risiko banjir dapat dikurangi secara signifikan.
“InsyaAllah kita akan revisi master plan kemudian kita aktualkan dalam pekerjaannya, sehingga selesai masalah banjir Kota Pekanbaru. Karena kita lihat masalahnya sebenarnya bukan persoalan alam, ini persoalan teknis saja,” ungkapnya.
Menutup keterangannya Markarius Anwar menyampaikan bahwa kedepan persoalan banjir akan ditangani secara bersama-sama, kolaborasi dengan para pakar, OPD terkait hingga masyarakat Pekanbaru itu sendiri. Agar masalah banjir tuntas teratasi, Kota Pekanbaru menjadi tempat tinggal yang Aman dan Nyaman bagi warganya.