TNI Manunggal Bawa Harapan pada Keterisoliran Desa Tanjung Belit Selatan

TNI Manunggal Bawa Harapan pada Keterisoliran Desa Tanjung Belit  Selatan
Prajurit TNI - Satgas TMMD 121 Kodim 0313/Kpr membantu siswa SD menyeberangi Sungai Sebayang menuju sekolahnya di Desa Tanjung Belit Selatan (foto: R Hakim)

Rakhman Hakim
Wartawan Media Online

“WAHAI gemintang yang gagah,
Tunjukkan kembali arah bangsaku,
Yang bertambah limbung,
Dikecoh beragam tipu muslihat.

Wahai rembulan yang indah,
Jadilah simbol kebajikan kaumku,
Yang luntur memudar,
Dimakan angkara keserakahan.

Wahai nurani yang menghitam,
Segera bangkit dari tidurmu,
Menjelmalah menjadi hujan,
Mengusir awan gelap kemunduran.”

Itulah beberapa bait puisi “Semesta Harapan” karya Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. Rektor Universitas Islam Indonesia (UII). Puisi tersebut merupakan ungkapan kegelisahan dan kerinduan anak bangsa untuk mendapatkan perhatian dan menghadirkan negara dan bangsa. Sehingga diharapkan kedepan Indonesia akan semakin maju dan berkembang.

Kampar Riau - Masyarakat desa terpencil masihlah sulit dalam menata kehidupannya. Keterbatasan akses dan Infrastruktur kadang memaksa mereka untuk pasrah pada keadaan. Terkadang tak ada pilihan, kecuali untuk terus berjuang dan menantang kesulitan yang ada.

Pagi itu ketika embun suci belum menguap termakan sinar mentari, juga ketika kokok ayam belum lama berhenti, jalan beraspal yang sebagian besar sudah dipenuhi lubang menjadi pembuka perjalanan kami menuju ke Desa Tanjung Belit Selatan pada akhir juli 2024.

Awalnya masih baik-baik saja, sebab sepeda motor yang kami tumpangi masih bisa melaju tanpa keluhan. Namun perjalanan sebenarnya akhirnya tiba.

Kami disambut oleh bentangan sungai yang memutus akses transportasi, perjalanan terpaksa dihentikan untuk sementara. Dengan tertib kami segera mengikuti antrian untuk melakukan penyeberangan menggunakan rakit, hanya inilah satu-satunya akses yang bisa digunakan untuk menuju Desa Tanjung Belit Selatan, terkadang jika kondisi air pasang naik dan arus deras maka penyeberangan juga akan dihentikan demi meminimalisir resiko terjadinya kecelakaan atau hanyut terbawa arus sungai saat melakukan penyeberangan.

Setelah menyeberang sepeda motor kami kembali melaju melanjutkan perjalanan menuju lokasi TMMD Ke 121 Kodim 0313/KPR yang dilaksanakan di Desa Tanjung Belit Selatan. Desa ini dikenal dengan nama Tanjung Belit Selatan. Dari kota bangkinang kami harus menempuh 93,4 kilo meter dengan waktu 2 jam 29 menit perjalanan untuk mencapai Desa Tanjung Belit Selatan.

Tanjung Belit Selatan adalah sebuah desa yang sejuk dengan pemandangan alamnya yang indah, tenang, dan berhawa dingin. Tanjung Belit Selatan dahulunya bernama Pulau Pencong, ada kisah menarik kenapa desa ini disebut pulau pencong, dari pelbagai cerita yang beredar di tengah - tengah masyarakat dikisahkanlah pada zaman dahulu di desa ini ada sebuah nama pohon yang agak aneh terdengar.

Namanya pohon Pencong. Pohon ini tumbuh tidak banyak. Hanya ada beberapa batang pohon saja yang tumbuh di daerah ini. Bagi warga desa tanjung belit selatan (pulau pencong), pohon ini adalah sebuah sejarah yang tak pernah bisa mereka lupakan.

Nama Pencong adalah sebutan bagi sebatang pohon yang tumbuh tegar berdiri di desa tersebut. Karena tumbuhnya di sebuah dataran yang agak melingkar, oleh orang kampung disebutlah Pulau.

Dengan demikian disempurnakanlah nama kampung ini menjadi Pulau Pencong. Pohon Pencong ini menghasilkan beberapa manfaat bagi masyarakat, buahnya dapat diolah menjadi minyak goreng, minyak goreng yang dihasilkan pohon pencong terlihat seperti minyak goreng pada umumnya. buah pencong ini juga, bisa dijadikan sayur yang enak dimakan, selain untuk konsumsi pribadi minyak dan sayur buah pencong juga dijual di pasar untuk membantu ekonomi rumah masyarakat pulau pencong.

Pulau Pencong adalah sebuah kampung yang terbelah menjadi dua. Belahan ini menjadi sebuah sungai yang terbentang lebih kurang sepanjang tiga kilo meter, sungai tersebut selain sebagai sumber air bersih dan sarana mck juga berfungsi sebagai penghubung yang menghubungkan Tanjung belit selatan ke desa-desa lain yang ada di kecamatan Kampar Kiri Hulu.

Sungai ini, oleh masyarakat terdahulu diberi nama Sungai Subayang. Sungai Subayang adalah sungai yang memanjang membelah kecamatan Kampar kiri hulu menjadi dua jalur yakni jalur darat dan jalur air,  untuk jalur air masyarakat menggunakan kendaraan sampan atau rakit yang menggunakan mesin untuk penggerak atau pendorong sebagai sarana transportasi, sedangkan jalur darat yang biasanya disebut orang Kampar kiri hulu dengan sebutan jalur kuning, (hal ini karena tanahnya berwarna kuning).

Masyarakat menggunakan kendaraan darat, seperti kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat yakni mobil. Karena terisolir dan jaraknya yang cukup jauh dari ibu kota Kabupaten banyak sekali infrastruktur di Desa Tanjung Belit Selatan yang belum terpenuhi secara maksimal.

Misalnya seperti infrastruktur jalan, masih banyak jalan-jalan di Desa Tanjung Belit Selatan yang membutuhkan perhatian untuk segera dilakukan perbaikan. Begitu juga dengan infrastruktur lain seperti jembatan, gorong-gorong, rumah ibadah, sarana sumber air bersih yang masih sangat minim, sarana MCK umum dan termasuk juga sarana olah raga yang juga masih banyak kekurangannya.

Kini semua harapan masyarakat, mereka tumpukan dipundak para prajurit TNI AD yang kini hadir ditengah-tengah mereka. Para prajurit membaur dengan masyarakat dalam program TMMD Ke-121 di Kabupaten Kampar, program itu kini sedang berjalan di Desa Tanjung Belit Selatan, Kecamatan Kampar Kiri Hulu.

Dua pekan sudah prajurit TNI AD melaksanakan pengabdiannya di Desa Tanjung Belit Selatan. Ada 150 orang prajurit yang saat ini sibuk bekerja bahu membahu bersama masyarakat.

Mereka menanggalkan senjata dan sangkur. Serta meninggalkan anak dan istrinya dirumah, menyingsingkan lengan baju untuk membangun infrastruktur di desa terisolasi itu.

Prajurit TNI AD - Satgas TMMD 121 Kodim 0313/Kpr melakukan pemeriksaan kepadatan lapisan tanah, yang sebelumnya telah dipadatkan dengan menggunakan alat berat (foto:R Hakim)

 

Saat ini para prajurit TNI AD lalu lalang hilir mudik di jalanan desa, berbaur dan menyatu dengan masyarakat dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Program ini adalah reinkarnasi dari ABRI Masuk Desa (AMD). Program ABRI Masuk Desa (AMD) pertama kali dicetuskan oleh Jend. M. Jusuf pada tahun 1980.

Tujuan dari dilaksanakannya program ABRI Masuk Desa (AMD) adalah untuk membantu masyarakat desa dalam menyelesaikan setiap permasalahannya. Selain itu, program ABRI Masuk Desa (AMD) juga membantu memaksimalkan potensi -potensi yang ada di desa, karena desa merupakan sumber penyuplai bahan baku pangan nasional serta sebagai sumber ketenagakerjaan bagi masyarakat desa itu sendiri.

Revolusi ABRI Masuk Desa (AMD) menjadi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) tidak hanya sekedar perubahan nama dan penyebutannya saja. Namun revolusi tersebut juga datang bersama dengan tujuan dan program-program yang lebih mulia dalam upaya mengentaskan desa-desa terpencil dari ketertinggalan infrastruktur baik itu infrastruktur fisik maupun infrastruktur non fisik.

Terlihat prajurit TNI AD memeras keringat memegang cangkul dan palu. Menggunakan peralatan seadanya, mereka membangun jalan, jembatan, drainase dan sumber – sumber air bersih demi untuk membuka desa dari ketertinggalan dan keterisoliran dengan desa lainnya.

Sepanjang lebih sembilan kilometer jalan di desa tersebut mereka bangun dan diperjuangkan. Setidaknya, ada sembilan titik gorong-gorong tengah mereka gesa pembangunannya, juga ada dua titik Box Culvert yang sedang dilakukan perbaikan.

Kemudian juga ada beberapa sasaran fisik tambahan yang merupakan program dari Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) yang saat ini pembangunannya sudah rampung hingga 70 persen. Diantaranya pembangunan tiga unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), pembangunan tiga unit sarana Mandi, Cuci, Kakus (MCK) dan pembangunan tiga unit sumber air bersih yang diperuntukan bagi masyarakat Desa Tanjung Belit Selatan, selain itu melalui program KASAD tersebut juga dilaksanakan perbaikan dan rehab beberapa musala.

Gesa Pekerjaan demi buka akses jalan bagi 647 jiwa dan 190 Kepala Keluarga di Desa Tanjung Belit Selatan. Perbaikan Jalan yang kini sedang dipercepat pembangunannya oleh ratusan prajurit TNI AD bersama masyarakat Desa Tanjung Belit Selatan diharapkan akan memudahkan masyarakat untuk menuju ke desa-desa sekitar.

Akses infrastruktur  jalan tersebut akan membuka akses desa berpenduduk 647 jiwa itu kepada wilayah sekitarnya. Pembangunan jalan tersebut akan membuat perekonomian masyarakat kembali menggeliat dan berkembang dengan seirama antara satu desa dengan desa lainya.

Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) TMMD ke-121 Komando Distrik Militer (Kodim) 0313/KPR menyatakan, pembangunan infrastruktur fisik berupa jalan, gorong-gorong, Box Culvert, RTLH, MCK dan sarana sumber air bersih yang dilakukan di desa itu kini sudah mencapai 70 persen.

“Hanya Dalam waktu 15 hari berjalan TMMD ke-121 di wilayah Kodim 0313/KPR sudah mencapai 75 persen,” terang Dandim 0313/KPR, Letkol Inf Setiawan Hadi Nugroho SH.M.I.P.

Ia mengatakan hal tersebut dihadapan Tim Pengawas Dan Evaluasi (Wasev) Mabes TNI AD yang dipimpin oleh Koorsahli Kasad Letjen TNI Sony Aprianto. S,E., M.M. Kedatangan para jenderal TNI AD itu adalah untuk memastikan pelaksanaan program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) berjalan sesuai rencana dan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Letkol Inf Setiawan Hadi Nugroho SH.M.I.P., mendampingi Ketua Tim Pengawas dan Evaluasi (Wasev Mabesad) Letnan Jenderal TNI Sonny Aprianto, S.E., M.M., (Koorsahli KSAD) saat memeriksa salah satu sasaran TMMD 121 di  Desa Tanjung Belit Selatan (foto:R Hakim)

 

Letkol Inf Setiawan percaya, kerja keras Satgas TMMD 121 di Desa Tanjung Belit Selatan akan berbuah manis dan proses pekerjaan mereka akan selesai tepat pada waktunya. Selama ini, tuturnya, akses jalan merupakan salah satu hambatan terbesar bagi masyarakat Desa Tanjung Belit Selatan untuk berkembang.

Dampaknya, warga lebih memilih mencari penghidupan dari hutan guna agar dapur mereka tetap mengepul. Bukanlah hal yang buruk untuk tetap hidup sebagai masyarakat tradisional, seperangkat nilai luhur masih sangat dihormati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai kemasyarakatan ini sendiri tentu saja masih menjadi prioritas utama dalam melakukan sesuatu. Namun tanpa menghilangkan nilai tradisional tersebut pemerataan pembangunan infrastruktur demi kemajuan juga adalah prioritas penting yang harus dimiliki oleh sebuah desa tentu dengan kemajuan akan datang banyak kemudahan.

“Semoga apa yang kita lakukan (Satgas TMMD) bisa membawa dan memberikan manfaat bagi kemajuan Desa Tanjung Belit Selatan, sebentar lagi kita akan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2024 kami berharap infrastruktur yang dibangun ini bisa menjadi kado terindah bagi Desa Tanjung Belit Selatan,” harap Letkol Inf Setiawan.

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kampar Repol, S.Ag., M.IP., mendukung penuh program TMMD 121 di Desa Tanjung Belit Selatan ini, karena menurutnya program tersebut sarat akan manfaat.

"Dulu namanya ABRI Masuk Desa, jadi di desa tersebut mereka (tentara) berinteraksi dan berbaur dengan masyarakat," kata Repol. Program itu, lanjutnya, merupakan wujud dari kemanunggalan TNI dengan rakyat. Bukan rahasia umum lagi, rakyat, bagi militer itu seperti ibu kandungnya sendiri," ujar Repol.

"Saya menyambut baik program ini, karena program ini membawa banyak sekali manfaat bagi masyarakat desa. kemudian, kehadiran TNI ditengah-tengah masyarakat juga menunjukan bahwa TNI sejatinya akan selalu ada dalam upaya untuk membantu dan meringankan beban serta kesulitan rakyat" imbuhnya.

Untuk itu, Repol menegaskan bahwa DPRD Kabupaten Kampar sangat mendukung keberlangsungan program TMMD ini kedepannya, karena manfaatnya sangat terasa bagi masyarakat maupun pemerintah. Repol mengatakan TNI akan selalu meninggalkan sejumlah karya baik itu pembangunan fisik maupun non fisik pada setiap pelaksanaan TMMD.

“Saya sangat mengapresiasi serta memberikan dukungan yang setinggi-tingginya dan sebesar-besarnya kepada TNI AD dengan programnya TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Ini sangat bermanfaat dalam membantu kemajuan desa dari berbagai bidang sesuai dengan program yang dilakukan, yang dibuat oleh TMMD ini," kata Repol

"Maka tentu sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kampar, kami mengucapkan terima kasih kepada TNI dan program ini semoga terus berlanjut dan memberikan dampak besar bagi masyarakat, terkhusus tentunya di Desa Tanjung Belit Selatan yang masih masuk dalam kategori desa agak tertinggal, maka tentu ini perlu sekali program ini untuk kita laksanakan, dan ke depan akan terus dilaksanakan khusus di wilayah-wilayah yang ada di kampar kiri hulu dan sekitarnya, yang kita anggap sebagai desa tertinggal, tentunya sebagai desa yang tertinggal dengan program yang ada ini semoga bisa memacu percepatan pembangunan di desa – desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu khususnya di Desa Tanjung Belit Selatan ini.” tutup Repol.

Sementara itu, Pj. Bupati Kampar, Hambali, SE, MBA, MH, pada saat penutupan TMMD Ke 121 di Desa Tanjung Belit Selatan menyampaikan apresiasi dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada TNI. Khususnya Satgas TMMD Ke 121 yang lebih kurang selama satu bulan ini telah hadir di tengah – tengah masyarakat Desa Tanjung Belit Selatan membangun dan membenahi infrastruktur di desa tersebut. 

Hambali juga mengakui bahwa program TMMD ini sangat membantu pemerintah Kabupaten Kampar. Terlebih lagi jika dilihat dari sisi kemampuan anggaran daerah dan target waktu pelaksanaannya yang bisa dibilang singkat.

"Dari sisi anggaran, Program TMMD ini adalah pekerjaan yang minim biaya, akan tetapi outputnya banyak. Di satu sisi, program ini bisa dikerjakan dengan swakelola oleh masyarakat yang bekerjasama dengan TNI (Satgas TMMD), jadi ini prinsipnya seperti bergotong royong," ungkap Hambali.

"Jika kita membangun dan membenahi Infrastruktur ini melalui proses lelang dan tender, maka biayanya akan sangat besar dan prosesnya juga cukup lama. Sementara itu jika ini dikerjakan bersama masyarakat dengan pola bergotong - royong kita akan mendapat kemudahan dengan biaya yang minim dan proses yang cepat," tambahnya.

TMMD Ajarkan dan Tanamkan Budaya Gotong Royong Pada Masyarakat Desa Tanjung Belit Selatan. Dalam satu dekade terakhir, kawasan perdesaan mulai dipandang sebagai paradigma baru dalam pembangunan nasional. Hal tersebut salah satunya berkaitan dengan pembangunan infrastruktur desa yang juga merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan infrastruktur desa meliputi penyediaan sarana dan prasarana seperti pembangunan jalan, penyediaan sumber air bersih, pembangunan irigasi pertanian, pembuatan drainase, pengembangan embung dan lain sebagainya.

Pembangunan infrastruktur di desa seringkali menemui banyak kendala, salah satunya berupa minimnya partisipasi masyarakat. Sebagai akibatnya, infrastruktur yang telah dibangun tidak termanfaatkan dengan maksimal karena akses masyarakat dalam memanfaatkannya terbatas.

Kemudian tidak dilibatkannya masyarakat dalam pembangunan infrastruktur juga dapat menimbulkan rasa kurang memiliki akan infrastruktur yang dibangun tersebut sehingga perawatan operasional cenderung banyak dihiraukan.

Pembangunan infrastruktur desa berbasis masyarakat merupakan salah satu langkah strategis yang selama ini telah dilaksanakan TNI, Khususnya TNI AD dalam Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) program tersebut dirancang khusus untuk mewujudkan sebuah desa yang mandiri.

TMMD dilaksanakan dengan pola kemanunggalan, gotong royong, sinergitas yang melibatkan semua unsur yang ada di wilayah. Baik itu pemerintah, swasta hingga masyarakat itu sendiri. Dengan melibatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan diharapkan infrastruktur yang telah dibangun bisa berkelanjutan dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat secara spesifik.

Dalam pelaksanaan TMMD akan dibangun Infrastruktur yang berbasis pada kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat secara sadar mau merawat dan mengelolanya. Infrastruktur berbasis masyarakat berarti memberikan peran lebih kepada masyarakat untuk mendukung pembangunan dan kemanfaatan dari infrastruktur desa tersebut.

Kedepannya, diharapkan masyarakat desa dapat lebih mandiri dalam merencanakan dan menggunakan infrastruktur yang telah dibangun. Selain itu pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat juga diharapkan dapat mendayagunakan sumber daya alam yang ada di desa seperti pasir, batu dan lainnya, hal ini dilakukan untuk memicu pertumbuhan perekonomian yang ada di desa tersebut.

TMMD Lestarikan Warisan Budaya dan Pertahankan Kearifan Lokal Desa Tanjung Belit Selatan. Ketahanan pangan merupakan salah satu program Nasional yang telah dicetuskan oleh Presiden RI Joko Widodo.

Dalam hal ini TNI memiliki tanggung jawab besar dalam keberhasilan ketahanan pangan Nasional, oleh karena itu TNI khususnya TNI AD sejauh ini sudah All Out dalam mendukung terlaksananya swasembada pangan nasional tersebut. Begitu juga dengan Satgas TMMD Ke 121 Kodim 0313/KPR yang saat ini sedang melaksanakan pengabdiannya di Desa Tanjung Belit Selatan.

Selain melaksanakan program fisik dan non fisik Satgas TMMD ke-121 ini juga berperan aktif membantu masyarakat  dalam rangka terlaksananya swasembada pangan di tingkat desa. Dengan harapan akan bisa mewujudkan Desa Mandiri Pangan khususnya di Desa Tanjung Belit Selatan.

Satgas TMMD 121 tidak hanya berfokus pada swasembada pangan di sektor pertanian saja. Satgas juga melakukannya dari sektor perikanan.

Hal ini dilakukan mengingat bahwa sumber daya ikan di Sungai Kampar memainkan peran penting bagi masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ikan tidak hanya menjadi lauk pauk saat bersantap bersama keluarga, tapi juga sebagai salah satu mata pencaharian bagi masyarakat, meningkatkan kemampuan mereka dalam pengelolaan sumberdaya di sektor perikanan sangat penting untuk memastikan aksesibilitas dan stabilitas ketahanan pangan di Desa Tanjung Belit Selatan.

Satgas TMMD Ke 121 Kodim 0313/KPR sangat menyadari bahwa potensi perikanan di Kabupaten Kampar sangat  tinggi. Hal ini terlihat dari produksi ikan budidaya Provinsi Riau dalam setahun mencapai lebih kurang 120.319,50 ton, 65.167,80 ton diantaranya diproduksi dari Kabupaten Kampar (tahun 2022 Sumber Data : Hasil Validasi Nasional Pada Aplikasi Desktop Satu Data KKP). Kesuksesan Kampar dalam pembudidayaan ikan ini tidak terlepas dari konsekwensi sinergitas dan keseriuasan Pemerintah Kabupaten Kampar dalam pengembangan budidaya ikan.

Namun saat ini ketersediaan ikan sendiri tengah menghadapi ancaman overfishing. Salah satu pendekatan untuk mengatasi masalah ini adalah melalui pengelolaan perikanan berbasis Hak Pengelolaan Perikanan (HPP), yang banyak diadopsi oleh masyarakat adat Indonesia melalui kearifan lokal. Salah satu model pengelolaan perikanan berbasis kearifan lokal yang banyak diterapkan disepanjang Sungai Kampar adalah lubuk larangan.

Lubuk larangan biasanya tidak jauh dari lokasi pemukiman warga. Para ninik mamak (pengetua adat) bersama pemuda desa akan memasang tanda lubuk larangan dengan membentangkan kabel baja di atas sungai. Ada dua kabel yang dipasang dengan jarak  berkisar 200 hingga 300 meter.

Warga dilarang mengambil ikan di sepanjang bentang lubuk larangan. Apabila dilanggar, maka akan ada denda adat dan hukuman social bagi si pelanggar. Seluruh warga desa sudah paham dengan aturan itu.

Nyaris tidak pernah ada pelanggaran yang terjadi. Ikan-ikan di lubuk larangan akan dibiarkan hidup bebas selama setahun penuh tanpa diganggu, dan biasanya ketika puncak musim kemarau, para ninik mamak akan menentukan hari moncokau.  Di hari itu, ikan di lubuk larangan akan dipanen bersama-sama.

Moncokau sendiri merupakan tradisi menangkap atau memanen ikan dari lubuk larangan tersebut. Itu adalah tradisi masyarakat adat di Kabupaten Kampar, Riau, yang sudah berlangsung ratusan tahun.

Seluruh desa di sepanjang Sungai Subayang (24 desa) memiliki lubuk larangan. Tradisi menangkap ikan secara bersama-sama ketika air Sungai Subayang surut dan tradisi ini merupakan tradisi yang dilakukan setiap setahun sekali. Khususnya di Desa Tanjung Belit Selatan, Tradisi ini diselenggarakan dengan waktu pelaksanaannya ditentukan oleh tokoh adat atau ninik mamak setempat.

Tradisi ini dimulai dengan warga yang turun ke sungai untuk memasang perangkap, perangkap ikan ini berupa pukat dan alat tangkap lainnya. Lalu, bunyi-bunyian dari musik tradisional mengiringi warga yang masuk ke sungai untuk memasang perangkap ikan tersebut.

Kali ini ada yang berbeda, tidak hanya masyarakat yang turun ke sungai tapi juga hadir puluhan prajurit TNI yang merupakan Satgas TMMD Ke 121 Kodim 0313/KPR yang saat ini sedang melaksanakan tugasnya membangun infrastruktur Desa Tanjung Belit Selatan. Keterlibatan Satgas TMMD pada event tradisi “moncokau” menangkap atau memanen ikan dari lubuk larangan ini adalah salah satu bentuk dukungan dan upaya TNI dalam hal ini Satgas TMMD untuk membantu masyarakat melestarikan Kearifan atau budaya lokal yang ada di Desa Tanjung Belit Selatan.

Redhollah selaku tokoh masyarakat Desa Tanjung Belit Selatan mengucapkan terimakasih kepada satgas TMMD 121 Kodim 0313/Kpr yang telah ikut serta dan berpartisipasi pada tradisi moncokau atau menangkap ikan dari lubuk larangan,

“Kami mengucapkan terimakasih serta merasa bangga dengan kehadiran prajurit TNI Satgas TMMD pada event ini, kehadiran TNI membuat event ini semakin semarak dan meriah”, ungkapnya.

Kemudian Kepala Desa Tanjung Belit Selatan Rusdi Sahar juga mengucapkan terimakasih kepada Satgas TMMD 121 yang kini ada di Desanya. Ia mengatakan Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin pesat saat ini, sebagian besar generasi muda kita semakin sedikit yang peduli dan belajar dari budaya dan kearifan lokal yang ada di daerah. Karenanya, ini menjadi tugas kita bersama untuk melestarikan budaya yang ada.

“Kami sangat berterimakasih kepada TNI khususnya Satgas TMMD 121 karena memiliki kepedulian untuk melestarikan budaya, khususnya budaya Moncokau ikan di sungai larangan ini," tutupnya.

Sementara itu, Letkol Inf Setiawan Hadi Nugroho selaku Dansatgas TMMD 121 Kodim 0313/KPR mengatakan bahwa tinggal di pedalaman dan daerah terisolir dengan akses jalan dan akses komunikasi yang sulit, kebersamaan dan kekompakan menjadi yang sangat penting bagi warga Desa Tanjung Belit Selatan. Salah satu cara untuk memupuk kebersamaan tersebut yaitu dengan melaksanakan acara adat moncokau ikan di sungai larangan bersama dengan masyarakat.

“Moncokau adalah acara tradisional di kalangan masyarakat Desa Tanjung Belit Selatan dan dilakukan setahun sekali untuk mencari lauk pauk dari sungai,” jelasnya.

Acara tradisi ini tidak setiap saat terjadi, hanya dapat disaksikan satu tahun sekali saja dan waktu pelaksanaannya pun ditentukan oleh ninik mamak atau tetua adat di desa.  “Saat pelaksanaannya ada yang membawa tombak, jaring ikan, tangguk atau senapan alat tembak khusus untuk menangkap ikan,”pungkasnya.**

#Pemerintahan

Index

Berita Lainnya

Index