Tak Tanggapi Kematian Bocah, Wan Fajriatul Sebut Ada yang Cari Kesempatan

Tak Tanggapi Kematian Bocah,  Wan Fajriatul Sebut Ada yang Cari Kesempatan
Direktur RSUD Arifin Achmad, Wan Fajriatul (foto:net)

Iniriau.com, PEKANBARU - Oknum dokter berinisial dr FUB yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad dilaporkan ke Polda Riau. Disebutkan, oknum dokter ini dianggap pemicu atas meninggalnya seorang anak bernama Arga di rumah sakit berplat merah itu.

"Ada oknum yang mau cari kesempatan," kata Direktur RSUD Arifin Achmad, Wan Fajriatul melalui pesan singkat whatsapp, saat dikonfirmasi perihal kematian anak dan dilaporkannya oknum dokter ke Polda Riau, Jumat (10/3/23).

Saat ditanya siapa oknum yang dianggap mencari kesempatan tersebut, Direktur RSUD ini tak menanggapinya.

Namun Wan menyatakan dalam pesan singkatnya lagi, bahwa diantara 1000 orang yang berobat, sebanyak dua sampai tiga orang yang komplain langsung diblow up ke media.

"Diantara 1000 org yg berobat 2-3 org yg komplain dan lgs diblow up ke media," tulisnya.

Ketika disinggung perihal kematian anak yang disebut-sebut penyebabnya karena penanganan yang tidak profesional oleh oknum dokter. Direktur tidak ada memberikan jawaban.

Seperti diberitkan media, seorang warga Kepulauan Meranti bernama Hendra, didampingi praktisi hukum kesehatan, Dian Wahyuni, melaporkan oknum dokter berinisial dr FUB ke Polda Riau. Hendra merasa tidak puas dengan ulah dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru tersebut yang menurutnya menjadi pemicu meninggalnya Arga, anaknya di RSUD pada Sabtu (18/2/2023) lalu.

Kasus kematian Arga, menurut penuturan praktisi hukum kesehatan, Dian Wahyuni, awalnya almarhum (anak korban) baik-baik saja seperti anak pada umumnya. Namun, di bagian bahu sebelah kanan terlihat adanya pembengkakan sebesar kelereng. Orang tua dari anak tersebut merasa risau dan langsung membawa Arga ke RSUD Kepulauan Meranti untuk mendapat perawatan medis.

Saat di RSUD Meranti, Arga dilakukan operasi oleh dr Indra dan setelah operasi kondisi pembengkakan di bahu semakin membesar dan mengalami infeksi. Dr Indra menganjurkan kepada pihak keluarga Arga agar anaknya dirujuk ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dikarenakan peralatan medis di RSUD Meranti terbatas sehingga agak sulit untuk menangani penyakit yang dialami Arga.

Setelah dirujuk ke RSUD Arifin Achmad pada hari Kamis, 12 Januari 2023, Arga langsung masuk ke IGD dan dilakukan CT SCAN yang ke 1, serta pemasangan Infus, di Swab, serta ke Labor untuk diambil darah almarhum. Lebih dari 6 jam Arga dibiarkan di ruang IGD dan baru masuk ke ruang Edelweiss (rawat inap) dan ditangani dokter Poli Bedah Anak bernama Is.

Namun, pada Jumat, 13 Januari 2023, pihak RSUD Arifin Achmad Pekanbaru mengambil sampel pada bahu sebelah kanan Arga dan diantar sampel tersebut ke Labor. Hasil dari sampel tersebut akan keluar pada tanggal 23 Januari 2023.

Hendra, ayah dari Arga, melihat kondisi anaknya tidak memungkinkan untuk dirawat jalan ditambah lagi pasien yang datang dari jauh yakni dari kepulauan Meranti. Ayah Arga sempat memohon-mohon kepada petugas di ruang Edelweiss agar anak ketiganya itu dapat dirawat inap agar mudah untuk pengawasan kondisi anak. Namun, permohonannya ditolak dan tetap disuruh pulang dan berobat jalan, bahkan pihak rumah sakit sempat mengusir keluar dari RSUD Arifin Achmad.

Pada Senin (23/01/23) ada hari libur bersama, kemudian sang ayah pada hari Selasa (24/01/23) pagi mendatangi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dan langsung ke bagian labor untuk mengambil hasil Labor (Sempel anaknya,red) namun ayah almarhum bukanya mendapat atau menerima hasil labor malah dianggap ayah almarhum kurang efektif.

Ayah Almarhum disuruh pergi ke bagian labor untuk mengembalikan hasil labor dari sampel yang diambil pada tanggal (13-01-2023) untuk diperiksa ulang. Karena dianggap kurang efektif kata dr Is, oleh petugas labor meminta kepada ayah almarhum untuk datang mengambil hasilnya tanggal (30-01-2023).

Selanjutnya pada hari Senin (30-01-2023) pagi sang ayah kembali mendatangi labor untuk mengambil hasil sampel yang direview ulang. Pergi ke Labor mau ambil hasil, tiba-tiba dokter Poli Bedah Anak dr Is memberikan rekomendasi untuk dikonsultasikan ke bagian Poli Onkologi bernama dr Ft tanpa ada penjelasan tentang kondisi almarhum dan hasil labor kepada orang tuanya. Dalam hal ini edukasi pada keluarga pasien tidak dilakukan.

Setelah menjumpai dr Ft, lanjut Dian Wahyuni, dr Ft menyuruh CT SCAN ulang lagi dan menyuruh ke ruang radiologi dan ke ruang anastesi untuk dijadwalkan lalu menyuruh ke labor ambil darah anak. Ia (dr Ft) menyampaikan semua harus di ulang dikarenakan tidak bisa pakai acuan yang sudah ada atau yang lama dari dr Is dan dijadwalkan tanggal (09-02-2023) dan mengarahkan kalau ada apa-apa bawa ke IGD.

Tak sampai disitu, pada hari Rabu (08/02/23) tanpa memberitahu kepada keluarga almarhum pukul 07:00 WIB pagi mendaftar dan urusan administrasi. Sekitar pukul 09:00 WIB sudah di Poli Onkologi dan pukul 11:00 WIB baru bisa bertemu dr Ft.

Disaat itu, orang tua Almarhum mencoba meyakinkan dengan salah satu perawat bernama Mm agar anaknya tidak dilakukan CT SCAN ulang, dengan usia anak belia sekecil itu berulang kali dilakukan CT SCAN sangat beresiko, dengan bahasa percakapan antara orang tua Almarhum dengan perawat 'Bu saya membawa hasil CT SCAN yang lama apakah bisa dipakai yang ini saja hasil pada tanggal (12-01-2023) dan tanggal (18-01-2023)'.

11.30 WIB dr Ft tiba dan mengambil sempel dan dilakukan di kamar operasi lalu di tutup dan hanya pakai perban saja dan tidak dijahit. Sementara ayah almarhum berpikir kenapa pada saat dr Is yang saat itu sempat merawat anaknya dijahit setelah itu ambil sampel.

Setelah itu, dr Ft menyuruh antarkan sampel ke labor dan saat itu juga sang ayah almarhum kembali meminta tolong kepada dr VHP agar hasilnya dipercepat karena jangan sampai hasilnya berminggu-minggu keluar.

Pihak keluarga belum tahu hasilnya, dan mereka tidak tega melihat buah hati mereka merasakan kesakitan itu. Saat itu juga, dr VHP menyampaikan "Nanti kita bantu, dan tinggalkan saja no HP (Handphone).

Lanjut cerita, Sabtu (18/02/2023) pagi almarhum kembali masuk ke IGD dengan kondisi sesak nafas dan kejang-kejang. Petugas IGD menyuruh daftar dulu baru ditolong, tindakan belum bisa dilakukan untuk pasien karena orang tua belum mendaftar ke loket dikarenakan kondisi pagi itu ramai hampir Dua jam baru selesai.

Almarhum baru bisa dilakukan tindakan pasang 02, Infus. Kemudian ayah almarhum diminta tanda tangan persetujuan pasang selang ke mulut anak namun anak tidak ada respon dokter IGD dan petugas menekan-nekan perut anak, sekira pukul 13.00 WIB dokter menyampaikan bahwa anaknya sudah meninggal dunia.

Ditambahkan, Dian Wahyuni yang anehnya pada surat kematian anaknya di tulis pukul 12:15 WIB meninggal dunia di IGD. Sementara yang menjadi tanda tanya lagi semenjak anaknya masuk IGD sampai meninggal dunia dr Ft dan dr Is tidak datang melihat kondisi anak yang mana selama 35 hari merekalah dokter yang menangani anak tersebut.

Setelah itu, pada Senin (27/02/23) petugas labor memberikan informasi melalui pesan WhatsApp kepada pihak keluarga dengan mengatakan telepon keluarga korban sudah 3 hari ditelpon tidak bisa untuk menyampaikan pesan kalau hasil labor korban sudah keluar. Padahal, pihak RSUD tidak ada menghubungi mereka, menurut pihak keluarga Justru nomor telepon pihak RSUD bagian labor yang yang diberikan kepada pihak keluargalah yang tidak bisa ditelpon, dan tidak membalas WhatsApp-nya.

Atas peristiwa dan kejadian ini, pihak keluarga sangat kecewa dan melaporkan hal tersebut ke Polda Riau, Mereka menyampaikan ketidakpuasan atas pelayanan di RSUD Arifin Achmad yang berujung tentang sengketa medis.

Dalam laporan polisinya, Hendra dan Dian Wahyuni, E,SKM.MM.MH.Kes menyatakan bahwa kasus tersebut merupakan dugaan tindak pidana kesehatan yang mengakibatkan kematian. Mereka berharap agar pihak kepolisian dapat mengusut kasus ini dengan seadil-adilnya dan memastikan bahwa oknum dokter tersebut dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.**
 

#Hukrim

Index

Berita Lainnya

Index