iniriau.com, KUANSING - Seorang guru bernama Juniwarti (51) ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamarnya pada Senin (24/2/2025) pagi. Korban pertama kali ditemukan oleh anaknya, Z, yang masih duduk di bangku kelas II SMA.
Saat ditemukan, Juniwarti dalam kondisi mengenaskan—masih mengenakan daster merah dan sarung coklat, dengan luka parah di leher yang mengeluarkan darah segar. Anak korban yang panik berlari keluar rumah di tengah hujan lebat, berteriak meminta pertolongan dari tetangga.
Seorang tetangga yang enggan disebut namanya mengungkapkan momen mengerikan saat Z meminta bantuan.
"Anaknya datang ke rumah sambil menangis. Dia bilang ibunya berdarah di kamar dan minta tolong agar diselamatkan. Saya dan beberapa tetangga langsung ke rumahnya, dan benar saja, korban sudah tak bergerak, darah sudah menggenang di lantai," ujarnya.
Pihak kepolisian dan medis yang tiba tak lama kemudian segera mengevakuasi korban ke RSUD Teluk Kuantan. Namun, nyawa Juniwarti sudah tak tertolong.
Kecurigaan pun mengarah pada suami korban, E, yang merupakan seorang ASN di Pemkab Kuansing. Menurut pengakuan Z, sebelum menemukan ibunya dalam kondisi mengenaskan, ia menerima pesan WhatsApp dari sang ayah.
"Bapak kirim pesan, suruh saya lihat ibu di kamar. Sebelumnya saya dengar bapak keluar rumah naik motor Scoopy dengan terburu-buru," ungkap Z.
Kini, keberadaan E menjadi teka-teki besar. Hingga berita ini diturunkan, pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait kasus ini, dan sang suami pun belum diketahui keberadaannya.
Juniwarti diketahui memiliki tiga anak. Anak sulungnya berada di Madinah, Arab Saudi, anak kedua sedang kuliah di Pekanbaru, sementara anak bungsunya yang menemukan jasad sang ibu masih duduk di bangku SMA.
Tragedi ini masih menyisakan banyak pertanyaan. Apa motif di balik kematian tragis Juniwarti? Ke mana suaminya pergi setelah kejadian? Polisi masih terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap misteri ini.**