DPR-RI dan BRIN Beri Pelatihan Pembuatan Snack Serta Biskuit dari Sagu

DPR-RI dan BRIN Beri Pelatihan Pembuatan Snack Serta Biskuit dari Sagu
Anggota Komisi VII DPR-RI Ednur Zahedi Dapil Riau foto bersama Dr. Christina Litaay dan peserta pelatihan Pembuatan Aneka Snack dan Biskuit Dari Sagu, di Hotel Grand Central Pekanbaru, Selasa (22/11)

Pekanbaru, iniriau.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Komisi VII DPR-RI menaja Pelatihan Pembuatan Aneka Snack dan Biskuit Dari Sagu. Hal ini mengingat Riau adalah salah satu provinsi penghasil sagu cukup banyak dengan luas lahan sagu 876 hektar dan produksi sagu sebanyak 245 ribu ton pertahun. Sementara itu, lahan sagu di Riau tersebar di daerah Meranti, Bengkalis dan Indragiri Hilir.

"Pelatihan ini merupakan kerjasama DPR-RI dan BRIN, agar masyarakat Riau khususnya Pekanbaru bisa mengolah sagu menjadi makanan seperti snack atau biskuit yang memiliki nilai jual, dan dari sana ekonomi masyarakat juga bisa terbantu," ujar anggota DPR-RI Komisi VII Dapil Riau, Ednur Zahedi, usai acara pembukaan pelatihan pembuatan makanan berbahan sagu tersebut, Selasa (22/11), di Hotel Grand Central Pekanbaru.

Sementara itu, salah saeorang peserta pelatihan, Jhoni Prianto menjelaskan kegiatan ini cukup positif. Menurutnya pelatihan makanan berbahan sagu bisa membantu masyarakat untuk mengolah sagu menjadi makanan sagu lebih kreatif lagi.

"Ini hal yang positif karena pelaksananya berasal dari Badan Riset Dan Inovasi Nasional, berarti ini khan levelnya nasional. Selain itu ini juga menambah wawasan masyarakat Pekanbaru khususnya bagaimana mengolah makanan dengan bahan dasar sagu menjadi lebih menarik dan inovatif," jelas Jhoni saat ditemui iniriau.com disela-sela kegiatan pelatihan Selasa pagi.

Pelatihan pembuatan makanana berbahan sagu ini menghadirkan key note speaker dari BRIN, Christina Litaay. Pusat Riset Teknologi Tepat Guna BRIN ini memberikan pengetahuan mengenai kebaikan - kebaikan dari sagu dan jenis - jenis makanan dari sagu.

"Sebenarnya sagu ini memiliki prospek bagus, apalagi sagu memiliki karbohidrat tinggi dan free glutein sehingga aman bagi orang yang alergi glutein. Pengolahan makanan berbahan sagu juga belum populer seperti makanan yang berbahan dasar terigu. Oleh karena itu, dengan adanya pelatihan ini, masyarakat bisa mengolah sagu lebih kreatif lagi. Selain itu, sagu juga menjadi pangan alternatif selain beras, gandum dan bahan makanan karbohidrat lainnya. Selanjutnya, ini juga membantu pemerintah untuk meningkatkan devisa negara karena mengurangi import makanan dari luar," ujar Dr. Christina Litaayb, wanita berdarah Ambon ini dengan semangat.

Peserta pelatihan membuat makanan dari sagu ini diikuti oleh 200 peserta dari sejumlah kecamatan di Pekanbaru yaitu Bukit Raya dan Marpoyan Damai.**

Berita Lainnya

Index