Politik (Bukan) untuk Memecah Rakyat

Politik (Bukan) untuk Memecah Rakyat
Yanto Budiman Situmeang

Oleh: Yanto Budiman Situmeang

DISKURSUS perebutan tampuk pimpinan tertinggi NKRI di panggung Pilpres 2024 mulai memercikkan 'api' politik kecil. Sejumlah figur mulai  menggelindingkan 'Bola politik' masing-masing dan dengan cara masing-masing pula. "Curi start " dalam political game sah dalam dimensi demokrasi. Sepanjang itu dilakukan dengan tetap menjunjung etika: Monggo!

Politik adalah tentang  persepsi. Ada dua panggung yang tersedia. Pertama "front stage". Kedua "back stage". Kedua ini biasanya tidak linear, pasti ada unsur 'pembohongan': Didepan ngomong A. Belakang B. Nah, yang di back ini biasanya tidak terjangkau basis bawah atau akar rumput. Kelompok ini taunya mendengar, menyimak, melihat visual lalu mengamininya: "Oh mantap juga pernyataan kandidat  si "A" ini ya. Dialah kita pilih yok," ujarnya kepada teman2nya yang lain.

Tapi bagi kelompok orang terpelajar dan rajin mengikuti dan memonitor lewat media, belum tentu serta merta percaya dengan apa yang diucapkan si "A" tadi. Malah mereka hanya senyam senyum sambil berbisik dalam hati;" Ah jual kecapnya itu. Udah tau aku kilik saudara," gumamnya.

Pengalaman Pilpres 2019 lalu "luka politik" itu hingga kini masih membekas. Meski diksi "cebong" dan "kampret" sudah tidak lagi populer, namun jejak demokrasi yang hanya mempertemukan dua pasangan ( "beradu balak") atau istilah kerennya "head to head", tidak sehat dalam membangun demokrasi yang liberal, demokrasi yang menonjolkan perdamaian.

Kita berharap pertempuran politik ini tidak lagi terjadi di 2024. Presiden Jokowi harus menjadi Negarawan jika ingin meninggalkan "legacy" politik yang sehat dan bermarwah. Jangan mau dipolitisasi hegemoni partai politik dan atau oligarkhi. Rakyat kita hari ini sebagian besar  sudah melek  politik seiring dengan transformasi era digitalisasi.

" Politik bukanlah perebutan kekuasaan bagi partainya masing-masing, bukan persaingan untuk menonjolkan ideologinya sendiri-sendiri tetapi politik untuk menyelamatkan dan menyelesaikan revolusi Indonesia." - Ir. Soekarno.**

Berita Lainnya

Index