Tentang Covid-19, dan Pesan Seorang Sahabat

Tentang Covid-19, dan Pesan Seorang Sahabat
Sahabatku Lisya dan ibu

BARUSAN dapat WA dari sahabatku di Batam, Lisya Anggraini. Sahabat yang sudah seperti saudara. Dari tahun 90-an kami bertemu karena pekerjaan, dan kemudian bersahabat hingga kini. Kami dekat sekali. Dua hari yang lalu, Minggu (04/07) dia mengabarkan adiknya yang tinggal di Jakarta meninggal dunia akibat Covid-19. Covid tersebut berjenis delta yang merupakan varian baru Covid-19.

"Lun, Yuniswf Candra tadi pagi meninggal dunia, mohon dimaafkan segala kesalahan-kesalahannya ya, Yuniswf  terpapar covid varian delta." Menurut Lisya Varian ini ternyata lebih mematikan. Awal diswab Yuniswf  tidak terdeteksi terpapar corona. Swab antigen pertama hasilnya negatif. Swab PCR kedua hasilnya juga negatif. Baru swab antigen ketiga didapat hasil positif, tulis sahabatku ini. Tetapi virusnya sudah terlanjur merusak paru-paru. Kondisi Yuniswf drop, dan hanya seminggu setelah itu, Yuniswf dipanggil menghadap Sang Khalik. Innalillahi wainnailaihirojiun. Aku sedih membaca chat WA sahabatku. Dia pasti sedih karena harus berpisah dengan saudara kandungnya dalam keadaan seperti ini, terpisah jauh.

Aku cukup mengenal Yuniswf Candra, adik laki-laki sahabatku. Beberapa kali aku bertemu dengannya,  karena Yuniswf  pernah tinggal satu kota denganku di Pekanbaru, sebelum ia pindah ke Jakarta.

Terbayang wajahnya yang ranum, seorang arsitek muda, humoris dan humble. Ya Allah, semoga Engkau lapangkan kuburnya, Engkau bebaskan dari siksa kubur, Engkau terima amal ibadahnya, dan Kau ampuni dosa-dosanya.

Cerita sahabatku, "Saat aku kena covid dia yg paling support aku. Dia ngirim makanan melalui pesanan grab dari Jakarta. Kami video call, dia menghibur aku dan ibu dengan canda khas dia. Dia yang yakinkan aku bahwa orang yang kena covid  lebih banyak yang sembuh dari pada yang tidak. Kata2 itu yang aku pegang saat aku berjuang sembuh dari covid. Tapi setelah aku sembuh, dia yang kena covid, dan pergi meninggalkan kita semua...."

Sambil membalas wa sahabatku ini, air mataku terus menitik, sedih tak bisa kubendung. Terbayang juga wajah sang ibu, perempuan tangguh yang berumur 90-an tahun, yang alhamdulillah, hingga kini masih kuat dan sehat.  Terbayang betapa remuk hatinya tak bisa melepas kepergian anak laki-lakinya yang jauh di seberang sana.

Ibu berkata lirih, tulis sahabatku, "Sudah dua anakku yang pergi." Ibu menangis saat sendiri, meski di hadapanku berupaya tegar, lanjut sahabatku dengan emoji sedih. Aku tergugu membacanya, sebab aku cukup dekat dengan ibu. Wajah dan namanya mirip sekali dengan ibu kandungku yang sudah dulu pergi menghadap penciptanya. Ya allah..kuatkanlah ibu menerima semua ini.

"Untung Februari tahun lalu aku sempat bawa ibu ke Jakarta, dan menginap di rumah Yuniswf Candra. Kami tidak menyangka itulah tatap muka terakhir kami dengannya, dan setelah video call waktu itu, kami tak pernah lagi melihat senyumnya. Mendengar lagi tawa dan candaanya. Yuniswf  pergi dengan cara yang tidak kami duga. Wabah covid ini merenggut nyawanya, " sahabatku Lisya masih terus menulis.

Kemudian, Lisya menutup chatnya : "Jaga kesehatan ya. Jaga keluarga." Aku kembali terisak. Sebuah pesan yang begitu berarti dan sangat berharga  di masa pandemi ini. Aku paham arti dan maksudnya, bahwa di masa pandemi, tak ada tawar menawar lagi, perilaku hidup bersih dan sehat adalah kuncinya. Dan standar hidup sehat dalam situasi ini adalah patuh pada protokol kesehatan (prokes), jika tidak ingin terpapar virus mematikan. Ini tentu nasehat berharga dari seorang sahabat yang juga seorang penyintas, sahabat yang selamat dari wabah.

Setelah komunikasi sore itu, aku selalu terngiang pesan sahabatku Lisya. Nasehatnya memotivasi aku untuk tidak pernah abai menjaga protokol kesehatan saat berada di luar maupun di rumah. Aku juga tak pernah lelah mengingatkan keluarga dan orang-orang terdekat agar merubah gaya hidup yang cuek, dengan lebih peduli  hidup bersih, sehat dan patuh Prokes Covid-19.

Covid-19 sudah membunuh banyak nyawa. Merubah tatanan hidup dan ekonomi masyarakat, ini harus dihentikan. Caranya, dengan meningkatkan kepedulian kita untuk memutus mata rantai virus corona.

Selamat jalan Yuniswf Candra, semoga tak ada lagi ibu yang menangisi kepergian anaknya diam-diam, karena tak bisa melepas jenazahnya. Semoga tak ada lagi duka dan air mata.

Istirahatlah dengan tenang Yuniswf Candra, sesungguhnya kematian adalah puncak tuntasnya kerinduan seorang hamba kepada Rabb-nya.**

Berita Lainnya

Index