iniriau.com, PEKANBARU – Banjir besar yang melanda Provinsi Riau telah menyebabkan kerusakan parah di beberapa kabupaten, dengan Pelalawan tercatat sebagai wilayah yang paling terdampak. Meskipun banjir mulai surut di beberapa tempat, lebih dari 3.500 kepala keluarga (KK) masih merasakan dampak hebat dari bencana ini. Kabupaten Pelalawan, khususnya, menjadi zona merah dengan ribuan warga terpaksa mengungsi.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD dan Damkar) Provinsi Riau, banjir yang melanda Pelalawan merendam 5 kecamatan, 12 desa, dan 1 kelurahan. Total sebanyak 2.748 KK mengungsi akibat terendamnya pemukiman mereka. Sebagian besar warga kini bertahan di tenda-tenda darurat, jauh dari kenyamanan rumah mereka yang terendam.
"Sampai hari ini, banjir masih menggenangi banyak desa dan kelurahan di tiga kabupaten di Riau," ujar Edy Afrizal, Kepala BPBD dan Damkar Riau, saat diwawancarai Jumat (31/1/25).
"Puncak bencana ini terjadi beberapa hari lalu, tapi banjir di beberapa daerah masih bertahan. Kami masih terus berkoordinasi dengan tim tanggap darurat untuk memastikan bantuan bisa sampai ke warga yang terdampak," imbuhnya.
Tidak hanya merendam pemukiman, banjir di Pelalawan juga merusak infrastruktur vital. Tiga fasilitas pendidikan, satu kantor pemerintahan, dan 42 fasilitas umum terendam air, termasuk jalan sepanjang 3 kilometer yang mempersulit akses ke banyak wilayah. Siti Aminah, salah satu warga Desa Sialang Sakti di Pelalawan, menceritakan kesulitan yang mereka alami.
"Sejak seminggu lalu, air terus naik. Kami terpaksa mengungsi ke tenda-tenda di tempat yang lebih tinggi," kata Siti. "Bantuan datang, tapi kami masih perlu makanan dan peralatan untuk bertahan di sini. Sekolah-sekolah juga terendam, anak-anak jadi sulit belajar," terang Edy.
Selain Pelalawan, kabupaten Rokan Hulu (Rohul) dan Siak juga turut merasakan dampak dari banjir. Di Rohul, dua kecamatan dan tiga desa terendam air, memaksa 802 KK untuk mengungsi. Sembilan fasilitas umum juga terendam, dan akses ke beberapa daerah terputus. Di Siak, satu kecamatan dan satu desa terendam, dengan 14 KK terdampak dan jalan sepanjang 0,5 kilometer terendam.
"Total sebanyak 3.564 KK terdampak banjir, dengan jumlah terbanyak masih ada di Pelalawan. Meski air di Sungai Kampar mulai surut, banjir di banyak desa masih bertahan, dan kami terus melakukan evakuasi serta distribusi bantuan," ungkap Edy.
Sebagai langkah lanjutan, Pemerintah Provinsi Riau memperpanjang status siaga darurat bencana hidrometeorologi selama 59 hari, terhitung mulai 1 Februari hingga 31 Maret 2025. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Nomor Kpts 131/1/2025 yang ditandatangani oleh Penjabat (Pj) Gubernur Riau, Rahman Hadi.
Penyebab utama dari bencana ini, menurut Edy, adalah curah hujan yang sangat tinggi serta pembukaan pintu air PLTA Koto Panjang.
"Berdasarkan koordinasi dengan BMKG Riau, hujan dengan intensitas menengah masih diprediksi akan berlangsung hingga Maret 2025. Ini yang membuat banjir bertahan lebih lama di wilayah kami," jelasnya.
Pemerintah dan tim tanggap darurat bekerja keras untuk memberikan bantuan dan mengembalikan kehidupan ke keadaan normal. Namun, tantangan besar masih menghadang, dengan lebih banyak desa dan kelurahan yang membutuhkan perhatian lebih. Warga yang terdampak berharap agar perpanjangan status siaga darurat ini dapat memberikan solusi jangka panjang bagi mereka yang terpuruk akibat bencana banjir ini.**